Jawa tidak hanya memiliki beragam ritual, namun juga beragam etika khas. Orang jawa berbicara dengan santun santun atau tata krama. Selain menjadi pendorong keteraturan masyarakat, tata krama, mengerjakan menciptakan keselarasan dalam segala hal.
Tata krama terdiri dari kata tata dan krama Tata adalah adat, aturan, norma, atau peraturan. Krama adalah santun santun, tindakan, perilaku, juga perilaku. Jadi tata krama adalah aturan berperilaku yang sopan dan santun sesuai dengan lingkungan hidup atau pergaulan manusia lokal (Aristo Farela, 2017: 87).
Di Jawa, orang yang memiliki tata krama disebut memiliki unggah-ungguh . Seperti yang dikutip Franz Magnis-Suseno dalam karyanya berjudul Etika Jawa dan Pandangan Dunia: Gagasan Jawa tentang Kehidupan yang Baik (1997) bahwa unggah-ungguh adalah cara berbicara dan membawa diri. Seseroang dapat menentukan sikap hormat terhadap orang lain sesuai derajat dan kedudukannya. Sebab bagi masyarakat Jawa adalah lingkungan rukun dan damai. Unggah - ungguh juga menjadi perhatian utama, agar tidak luntur begitu saja.
Selain bahasa yang bertingkat, orang Jawa juga memiliki pendapat yang lengkap dengan pitutur. Pitutur atau nasihat ini sebagian besar bersifat samar. Salah satunya dapat ditemukan dalam rilis, aja ngomong waton, nanging ngomonga nganggo waton. Arti dari nasehat tersebut, jangan berbicara tentang asal, berbicaralah dengan landasan yang jelas dan dapat dipertanggungjawabkan. Karena tidak setiap kata yang keluar dari mulut dapat diterima langsung oleh orang lain. Beberapa nasehat yang harus dilakukan tindak tanduk untuk orang Jawa.
Unggah - ungguh tidak hanya diwujudkan dengan bahasa. Tapi juga dengan gerakan tubuh. Sikap sopan, diperlihatkan dengan kehalusan dalam gerakan tubuh. Tindakan tersebut biasa disebut dengan andhap-asor (hati rendah). Tindakan tersebut akan sangat terlihat saat seseorang melakukan sesuatu untuk orang lain. Sementara saat menyajikan makanan dengan berlutut, menundukkan kepala kompilasi berpapasan dengan orang yang lebih tua, membungkukkan badan kompilasi melalui orang yang sedang duduk, mencuci tangan kedua orang tua kompilasi berjabat tangan, dan berbaring-berbaring.
Keberadaan tata krama dalam hidup orang Jawa mampu menciptakan ketentraman dan kedamaian dalam masyarakat. Karena prinsip kontribusi adalah kerukunan dan saling menghormati. Keberadaan kerukunan untuk mempertahankan keharmonisan masyarakat. Rukun adalah keadaan yang baik pada suatu hubungan sosial yang baik dalam keluarga, tetangga, desa, bangsa, dan negara. Orang Jawa selalu harmonis sehingga terciptalah harmoni.
https://www.facebook.com/JawaDwipa666/
https://www.facebook.com/JawaDwipa666/
Tidak ada komentar:
Posting Komentar