Selasa, 01 Juli 2025

Batik Klasik Motif Parang

Makna Filosofi Batik Klasik
MOTIF PARANG
Tak hanya indah bentuk motifnya dan rumit dalam proses pembuatannya. Namun batik juga memiliki makna filosofi yang unik dan menarik untuk diketahui. Motif batik tertentu dipercaya memiliki kekuatan gaib dan hanya boleh dikenakan kalangan tertentu. Motif batik diciptakan tidak berdasarkan pertimbangan nilai estetis saja, tetapi juga berdasarkan harapan-harapan yang dituangkan dalam bentuk banyak simbol. Awalnya batik dikerjakan hanya terbatas dalam kraton dan hasilnya untuk pakaian raja dan keluarga serta para pengikutnya. Tapi karena banyak dari pengikut raja yang tinggal di luar kraton, sehingga kesenian membatik ini dibawa oleh mereka keluar kraton dan dikerjakan ditempatnya masing-masing.

Saat ini, batik telah dikenal banyak orang dan dijadikan produk busana yang dibuat secara massal melalui teknik batik tulis, cap, sablon maupun printing. Apakah batik saat ini dengan beragam motif, warna, serta pengamplikasiannya masih sarat dengan makna filosofi atau hanya sekedar pengembangan saja. Berikut ini kami sajikan beberapa motif batik klasik beserta makna filosofinya.

Motif Parang, motif berbentuk mata parang, melambangan kekuasaan dan kekuatan. Hanya boleh dikenakan oleh penguasa dan ksatria. Batik jenis ini harus dibuat dengan ketenangan dan kesabaran yang tinggi. Kesalahan dalam proses pembatikan dipercaya akan menghilangkan kekuatan gaib batik tersebut.

Motif parang sendiri mengalami perkembangan dan memunculkan motif-motif lain seperti Parang Rusak Barong, Parang Kusuma, Parang Pamo, Parang Klithik, dan Lereng Sobrah. Karena penciptanya pendiri Keraton Mataram, maka oleh kerajaan. Motif parang menjadi pedoman utama untuk menentukan derajat kebangsawanan seseorang. Motif-motif parang dulunya hanya diperkenankan dipakai oleh raja dan keturunannya dan tidak boleh dipakai oleh rakyat biasa. Sehingga jenis motif ini termasuk kelompok batik larangan. Namun saat ini motif ini bisa kita temui di pasaran dan bisa dikenakan oleh siapapun.

Bila dilihat secara mendalam, garis-garis lengkung pada motif parang sering diartikan sebagai ombak lautan yang menjadi pusat tenaga alam, dalam hal ini yang dimaksudkan adalah raja. Komposisi miring pada parang juga melambangkan kekuasaan, kewibawaan, kebesaran, dan gerak cepat sehingga pemakainya diharapkan dapat bergerak cepat.

Sejarah lain menyebutkan jika motif ini diciptakan oleh Panembahan Senopati, pendiri Keraton Mataram. Setelah memindahkan pusat kerajaan dari Demak ke Mataram, Senopati sering bertapa di sepanjang pesisir selatan Pulau Jawa yang dipenuhi oleh jajaran pegunungan seribu yang tampak seperti pereng (tebing) berbaris. Akhirnya, ia menamai tempat bertapanya dengan pereng yang kemudian berubah menjadi parang. Di salah satu tempat tersebut ada bagian yang terdiri dari tebing-tebing atau pereng yang rusak karena deburan ombak laut selatan sehingga lahirlah ilham untuk menciptakan motif batik yang kemudian diberi nama Motif Parang Rusak

Motif ini menjadi kegemaran para Raja Jawa,di Surakarta maupun di Jogjakarta,sehingga motif parang rusak juga menjadi larangan bagi orang kebanyakan.Aturan ini sekarang sudah tidak berlaku lagi bagi lingkungan di luar istana/kraton.Nama-nama jenis parang rusak ini dibedakan berdasarkan ukuran polanya.Parang rusak dengan ukuran polanya yang terkecil dinamakan Parang Rusak Klithik,yang ukuran sedang dinamakan Parang Gendreh dan yang paling besar ukurannya namanya Parang Barong.  

BATIK PARANG CURIGO
Filosofi utama dari motif batik parang curigo ini adalah supaya pemakainya dapat memiliki ketenangan, kecerdasan, maupun kewibawaan. Itulah mengapa, biasanya motif batik jenis ini sering dikenakan saat acara pesta.

Penamaan motif batik ini berasal dari kata “Parang” yang berarti ‘lereng’ dan “Curigo” yang merupakan ‘nama lain dari bilah keris tanpa warangka’.

Warangka adalah bagian atas dari sarung keris yang bentuknya menyerupai tanduk. Jikaperhatikan gambar dari motif batik parang curigo ini, akan tampak bentuk motif huruf “S” yang dimodifikasi menyerupai bilah keris.
Sumber : Fb. Aryo Kartono

Tidak ada komentar:

Posting Komentar