Rabu, 07 Mei 2025

Tembang Pocung



 Serat Wedhatama (Tembang Pocung)

Dalam serat Wedhatama terbagi menjadi 100 pupuh yang dibagi dalam 5 lagu berisi falsafah kehidupan.

Pupuh 1

Ngelmu iku
Kelakone kanthi laku
Lekase lawan kas
Tegese kas nyantosani
Setya budya pengakese dur angkara

Terjemahan :

Ilmu itu

Tercapainya dengan cara laku (olah diri)
Permulaannya dengan sungguh-sungguh

Maksudnya sungguh-sungguh mengukuhkan tekad (tujuan)

Setia (terus-menerus) mengolah budi (dalam) memberantas angkara murka (sumber keburukan)

Pupuh 2

Angkara gung neng angga anggung
Gumulung
gegolonganira, triloka leker kongsi
Yen der umbar ambabar dadi rubeda

Terjemahan:

(Yakni) angkara besar

Yang bertempat dalam diri (badan) yang selalu

Bergulung-gulung

Yang jenis-jenisnya menjangkau atau menempati tiga dunia dalam diri (tempat representasi nafsu berpusar)

Karena jika dibiarkan merebak bisa memunculkan bahaya atau keruwetan

Pupuh 3

Beda lamun kang wus sengsem reh ngasamun
Semune ngaksama
Sasamane bangsa sisip
Sarwa sareh saking mardi martatama

Terjemahan:

Berbeda dengan yang sudah jatuh hati pada hal kebaikan,

perilakunya selalu penuh kehati-hatian pada perilaku yang keliru

Selalu sabar (tenang) berusaha tetap menjalani kehidupan di jalan yang baik dan benar.



Jumat, 02 Mei 2025

Panembahan Juminah


PANEMBAHAN JUMINAH

Terlahir dengan nama Raden Mas Bagus. Beliau putra Panembahan Senopati dari garwa permaisuri II  Raden Ayu Retno Dumilah, putri sulung Panembahan Timur, Adipati Madiun I. Panembahan Timur adalah putra bungsu Sultan Trenggana dengan GKR Pembayun putri Sunan Kalijaga.

Setelah dewasa Raden Mas Bagus  bergelar Pangeran Balitar I. Ketika saudara beliau Raden Adipati Pringgalaya wafat, Beliau menggantikan kedudukannya sebagai Bupati Madiun. Dan mendapat asma gelar baru yaitu Kanjeng Pangeran Adipati Jumina Petak / Adipati Mangkunegara I. Memerintah Madiun tahun 1601 s/ d 1613 M. Sebagai putra dari Permaisuri II, Pangeran Juminah sempat digadang gadang sebagai Raja Mataram selanjutnya menggantikan ayahandanya, Panembahan Senopati, tetapi akhirnya beliau diangkat sebagai Adipati Madiun.

Beberapa tahun setelah Panembahan Hadi Hanyokrowati wafat, Sultan Agung berkenan menikahkan Ibunda Beliau, Ratu Mas Hadi dengan KP Adipati Jumina Petak. Dan memberikan nama baru dengan sebutan Panembahan Juminah.

Dari pernikahan dengan Panembahan Juminah dengan Ratu Mas Hadi  menurunkan :
1. Raden Ayu Djurumayem menikah dengan Panembahan Jurumayem
2. Pangeran Adipati Balitar,beliau menurunkan Pangeran Tg Balitar Tumapel III yang dimakamkan di Kuncen Madiun, kemudian P. Tg. Blitar Tumapel III menurunkan P. Arya Blitar IV dimakamkan di astana Nitikan yogya.P.Arya Balitar IV menurunkan Raden Ayu Puger Garwa Sunan Pakubuwana I Kartasura  yang menurunkan Sunan Amangkurat IV.
3. Raden Haryo Suroloyo
4. Raden Ayu Kajoran menikah dengan Pangeran Kajoran menurunkan Putri yang kelak menjadi Istri Amangkurat I dan menurunkan Sunan Pakubuwana I

Panembahan Juminah juga seorang bangsawan yang cinta tanah air beliau rela untuk membela Keraton Mataram.Tahun 1629 Panembahan Juminah dan Tumenggung Singoranu dan prajurit  Mataram melakukan penyerbuan ke Batavia untuk menghalau V.O.C Kumpeni Belanda.

Ketika Sultan Agung membangun calon tempat peristirahatan terakhir beliau di Bukit Kabul, Panembahan Juminah mendapatkan tugas untuk mengawasi pembangunan komplek pemakaman tersebut. Ditengah proses pembangunan Astana Giriloyo, tahun 1632 Panembahan Juminah wafat dan dimakamkan di Astana Giriloyo tersebut.

Al Fatihah kagem Eyang Panembahan Juminah

Ditulis oleh K.R.T Koes Sajid Jayaningrat.
Dicopy dari Grup Kisah Sejarah Nusantara