Jumat, 21 Juli 2017

Destinasi Wisata Religi dan Napak Tilas Sejarah di Ponorogo

Makam Nyai Basyariah, Krajan Ds. Pulosari

Destinasi Wisata Religi dan Napak Tilas Sejarah di Ponorogo

Makam Bathoro Katong / Raden Joko Piturun di  Dsn Plampitan, Desa Setono Kecamatan Jenangan. Berdasarkan catatan sejarah keturunan generasi ke-126 ia yaitu Ki Padmosusastro, yang disebutkan bahwa Bathara Katong dimasa kecilnya bernama Raden Joko Piturun atau disebut jugaRaden Harak Kali . Ia adalah salah seorang putra Prabu Brawijaya dari garwo pangrambe 
(selir yang tinggi kedudukannya).
Sedang Berdirinya kota Ponorogo, dasar bukti peninggalan benda-benda purbakala berupa sepasang batu gilang yang terdapat di depan gapura kelima di kompleks makam Batara Katong atau pada gapura pertama yang berdaun pintu. Pada batu, yang dipercaya masyarakat dengan sebutan batu gilang tersebut terdapat Candra Sengkala Memet yang berisi tentang tahun berdirinya Kadipaten Ponorogo.
Sedangkan Candra Sengkala Memet, gambar manusia yang bersemedi, pohon, burung garuda dan gajah. Sedangkan maknanya adalah : Orang bersemedi memiliki nilai : 1, Pohon simbul angka : 4, Burung garuda bernilai: 1, Gajah  bernilai : 8. Candrasengkala memet ini menunjukkan angka tahun 1418 Saka atau tahun 1496 M . Prasasti tersebut, kini sudah semakin aus termakan oleh waktu. Tapi guratan gambar sebagai Candra sengkala memet masih nampak bisa kita lihat. Maka bila berziarah ke Makam Batoro Katong, sempatkanlah untuk melihat batu tersebut sehingga anda bisa mengerti dan mengingat tahun berdirinya Ponorogo.

Patih Selo Aji, Makam Setono sebelah barat makam Bathoro Katong ( tidak bercungkup) karena tiap kali di bericungkup selalu di sambar petir, hal itu dikarenakan beliau keturunan Ki Ageng Selo.

Kyai Zen Kalyubi, di makam Setono. Perintis Kader inti Banser Nahdlatul Ulama (Banser NU)

Astana Srandil Kecamatan Badegan, Pesarean Gunung Srandil adalah kompleks pemakaman bupati kabupaten Sumoroto. Di wilayah Ponorogo terdapat beberapa kabupaten seperti kabupaten Polorejo di utara, kabupaten Kutho Wetan di kota lama, dan kabupaten Sumoroto di kawasan barat. Secara arsitektur, model kompleks pemakaman ini masih berciri khas arsitektur lama seperti pintu gerbangnya yang mirip candi, dan bentuk pesarean yang berbentuk tradisional Jawa.
Yang dimakamkan di pesarean Srandil antara lain, Raden Mertokusumo (bernama asli Raden Dipotaruno, beliau Patih kabupaten Polorejo. Dalam perang Diponegoro Kabupaten Polorejo memihak Pangeran Diponegoro. Belanda menyerbu kabupaten Polorejo sehingga bupati Brotonegoro gugur sedangkan patihnya Raden Dipotaruno selamat).
Makam lainnya antara lain Raden Mas Brotodirjo Bupati Sumoroto III, makam Raden Mas Adipati Brotodiningrat Bupati Sumoroto IV.
Di komplek makam ini juga di terdapat pesarean Raden Mas Ruya Suryodikusumo (Patih), Raden Ayu Sumonagoro (istri bupati Sumoroto), Raden Mertokusumo (putra bupati Kutho Wetan, yang memulai babad Srandil) di luar gedung sebelah barat; Raden mas Tondowinoto dan istri, Wadono Kutu Tamansari, halaman sebelah timur Raden Aryogiri (Bupati Ponorogo), halaman sebelah timur Surodiwiryo (lurah Srandil). Makam yang nisannya berupa batu bata yang berserakan ini diyakini tempat jasad legenda Ponorogo Warok Suromenggolo dikebumikan, meski di daerah Kertosari dan Ngampel Balong juga ada makam Suromenggolo, namun menurut pak Saidi (juru Pelihara) dan masyarakat sekitar tempat inilah jasad beliau dikebumikan, yang lainnya berupa senjata atau barang-barang pribadinya dan dibukit sebelah timur diluar komplek astana Srandil bisa kita ketemukan makam Eyang Potromenggolo, yang merupakan tokoh penting di Ponorogo

Situs Masjid Tegalsari dan Makam Kyai Ageng Muhammad Besari, Kyai Hasan Besari, Kyai Nur Sodiq, Kyai Hasan Anom  di Desa Tegalsari Kecamatan Jetis Kabupaten Ponorogo. Terdapat Masjid Kuno yang di Bangun pada abad ke 18, Ndalem Kyai Ageng yang masih terjaga keasliannya, langgar, juga terdapat 2 batu purbakala (watu gilang) berinskripsi difungsikan sebagai bancik masuk masjid.

Makam Ki Joyodipo terletak tepat di samping barat MTsN Ponorogo di jalan Ki Ageng Mirah No 79 desa Japan kecamatan Babadan Kabupaten Ponorogo. Beliau abdi dalem prabu Brawijaya V, Ki Joyodipo dan Joyodrono diberi amanah membawa 2 pusaka Majapahit yakni tombak Tunggul Naga dan payung kerajaan untuk diberikan pada putra beliau,Bathoro Katong.dalam perjalananya, Joyodrono kemudian moksa sedangkan Joyodipo ikut berjuang secara fisik saat menahan serangan dari kademangan Surukubeng yang dipimpin Ki Ageng Kutu Suryongalam.

Makam Pangeran Sumende, bangsawan dari Tembayat beserta  Kyai Donopuro, Kyai Noyopuro dan Kyai Wongsopuro. Masjid Kuno Baiturrahman Dsn. Setono, Tegalsari

Makam Kyai Nursalim / Kyai Ageng Mantub (mertua Kyai Mohamad Besari)dari Dsn. Mantub, Ds. Ngasinan, Jetis

Makam keluarga Tumenggung Jayengrono / Kyai Sambang Dalan, Ambeg Pandito (bupati Pedanten)1745-1780 Tahun 1887 Sunan Pakubuwono III memberikan piagam bahwa desa Pulung dan Tajug diberi status tanah perdikan dinamakan Piagam Pulungsari. Pemerintah Belanda merasa hal tersebut merugikan karena tanah perdikan dibebaskan dari pajak maka wilayah perdikan dibatasi menjadi wilayah yang saat ini disebut Pulung Merdiko, tempat di Pulung

R. Adipati Mertohadinegoro Bupati pertama Ponorogo keturunan dari Tumenggung Jayengrono dan Bathoro Katong , Desa Tajug kecamatan Siman

Makam R. Notopuro, Kyai Ageng Desa Perdikan Karanggebang, merupakan keturunan Kraton Kasunanan Surakarta.

Makam Nyai Basyariah, Desa Pulosari Kecamatan Jambon, depan MTsN Pulosari.

Gontor Lama 3 km sebelah timur Tegalsari, Kyai Sulaiman Jamaluddin pendiri Ponpes Gontor lama (santri Tegalsari masa Kyai Khalifah wafat 1883), dilanjutkan putranya Kyai Archam Anom Besari, dilanjutkan putranya Kyai Santoso Anom Besari (wafat 1918)  yang merupakan ayah dari “Trimurti”  KH Ahmad Sahal (1901-1977), KH Zainuddin Fananie (1908-1967), dan KH Imam Zarkasy (1910-1985) pendiri Ponpes Gontor Baru, berkat perjuangan dan motovasi dari Nyai Santoso untuk menghidupkan kembali Gontor lama yang telah mati

Makam “Trimurti”  KH Ahmad Sahal, KH Zainuddin Fananie, dan KH Imam Zarkasy (1926 mendirikan Pondok Gontor, Mlarak Ponorogo)

KH Maghfur Hasbulloh Kyai Kharismatik th 80-an makam keluarga, di Joresan, Mlarak Ponorogo

K.H. Imam Subani dimakamkan di dekat rumahnya di belakang Pasar Pon, Kota Lama, Ponorogo

Makam Mbah Mantri ( R. Martopuro) seorang Pahlawan yang terlupakan, melakukan perlawanan terhadap Belanda dalam geger yang menjadi  legenda  “meteng pitung Beruk” hingga membunuh asisten tuan Residen Antonny Willem Viensem pada  31 Desember 1882 , dimakamkan di Kuburan Pelemgurih , Mangunsuman

Pertapaan Klampis Ireng, Desa Gandukepuh Kecamatan Sukorejo Ponorogo, dianggap tempat angker dan keramat oleh masyarakat Ponorogo.

Pertapaan Watu dukun, Desa Pagerukir  Sampung Ponorogo, merupakan situs purbakala, terdapat punden berundak , prasasti beraksara Jawa Kuno, batu altar, batu kursi dan sendang watudukun, diyakini sebagai peninggalan era Medang.

Makam Ki Honggolono, Desa Golan Kecamatan Sukorejo. Seorang lurah palang dan  sakti yang menjadi awal mitos atau cerita rakyat Desa  Golan Mirah

Petilasan Makam Kyai Blombang Segoro,dipercaya sebagai Makam darah dari Si Tumang penjelmaan Eyang Djayeng Asmoro yang di bunuh dan diambil hatinya oleh Sangkuriang. Di Dsn Srayu Desa Jurug Kecamatan Sooko

Sendang Tirto Waluyojati Terletak di Desa Klepu, Kecamatan Sooko, yang berjarak sekitar 30 km dari pusat Kota Ponorogo. Sendang Tirto Waluyojati merupakan salah satu tempat ziarah bagi umat Katolik di Pulau Jawa untuk menghormati Bunda Maria. Tempat itu diresmikan oleh Mgr. A. J. Dibjakarna, Uskup Surabaya dengan nama Sendang Waluyojatiningsih pada tanggal 27 Mei 1988. Saat ini tempat itu terkenal dengan sebutan Goa Maria Fatima. Sebagai tempat ziarah dan berdoa, Goa Maria Fatima atau Sendang Tirto Waluyojati dilengkapi dengan lapangan tempat berdoa. Jalan salib yang melingkari jalan yang menuju ke tempat ziarah terdapat Gereja Stasi, Gereja Sakramen Mahakudus, dan Patung Bunda Maria dari Fatima. Di tempat ini terdapat hutan pinus dan sendang yang masih alami.

Petilasan Sunan Kumbul, Sawoo Ponorogo, Sunan Kumbul adalah sebutan bagi Susuhunan Paku Buwono II saat mengungsi ke Ponorogo.

Makam Pangeran Kalipo Kusumo di puncak gunung Bayangkaki, Sawoo

Makam Kyai Karsan / Mpu Karsan murid kyai Abdurrahman Bogem, Jl. Bathara Katong belakang Insuri

Dirangkum dari berbagai sumber.

1 komentar: