Minggu, 03 September 2017

Eyang Soenardi Eks TGP Madiun

Eyang Soenardi Eks TGP Madiun

Seperti tahun sebelumnya, sahabat Kompas Madya bersama Himadira Unipma Madiun, menjelang hari Kemerdekaan tanggal 17 Agustus menyempatkan diri untuk bekunjung ke salah seorang tokoh pejuang kemerdekaan sebagai bentuk penghargaan dan penelusuran sejarah kemerdekaan di Madiun, kali ini Eyang Soenardi, seorang pejuang Eks TGP Kompi 2 Brigade XVII Madiun. Beliau tinggal berdua dengan istri tercinta Eyang putri Soetjiati yang asli putri dari daerah Purworejo Jawa Tengah.
Eyang soenardi tahun 2017 menginjak usia 88 tahun, semangat pejuangnya membuat  beliau tampak segar dan masih cukup enerjik walaupun akhir-akhir ini beliau merasa kesehatannya kurang baik, namun secara medis tak ada gangguan penyakit yang berarti. 

saat kami berkunjung yaitu tepatnya pada hari sabtu tanggal 12 Agustus 2017, begitu beliau tahu maksud dan tujuan kami berkunjung, langsung tampak semangat seorang pejuang membara lagi, dengan tertatih Eyang mengajak kami untuk duduk di ruang tamu, setelah saling memperkenalkan diri, eyang segera memberi petuah-petuah tentang pentingnya generasi muda mengetahui betapa kemerdekaan diraih dengan susah payah, nyawa, harta dan harga diri bangsa sebagai taruhannya. kemerdekaan bukan hadiah dari Belanda, kita merebutnya dengan cucuran darah dan airmata. sayang sekali jika generasi muda banyak yang menganggap enteng dan bahkan melupakannya.

Beliau saat aktif di Paguyuban Veteran Madiun biasa ditugaskan sebagai Humas yang bertugas memberi penerangan-penerangan bagi siswa-siswa sekolah maupun instansi-instansi, maklumlah memang setelah masa perang revolusi beliau lebih suka mengabdikan dirinya sebagai Guru dan seniman.

Eyang Soenardi merupakan asli pemuda Madiun yang tinggal di Kelurahan Winongo Gang Rukun, persis dalem yang ditempati saat ini. beliau  mulai ikut membela tanah air sejak usia belasan saat masuk ST dan bergabung dengan Kompi 2 TGP yang bermarkas di ST/SMP 12 Kletak Madiun, sedangkan yang sekarang ada Monumen TGP Jl. TGP Oro-Oro Ombo, merupakan markas tempat para sahabat TGP yang singgah dari berbagai kota yang menempati rumah-rumah dinas Jawatan Kereta Api.

dikisahkan oleh Eyang Soenardi, Kompi 2 TGP Madiun pada awal Belanda Masuk sebenarnya ditugaskan untuk membumi hanguskan bangunan-bangunan penting yang ada di Madiun, agar tidak bisa dimanfaatkan oleh tentara Belanda, namun sebelum hal itu terlaksana keburu Belanda dengan cepat masuk Madiun pada akhir Desember 1948, maka segera perang gerilya berkecamuk di wilayah Madiun, banyak kurban berjatuhan di pihak tentara-tentara Pejuang.

Kompi 2 TGP waktu itu bergeser kearah timur tepatnya di wilayah Desa Gemarang dan beberapa kali berhasil menghadang pasukan-pasukan Belanda, sebuah kisah Tragis dialami Sahabat TGP Bagyo dan Saparno yang gugur sampyuh karena Bom yang dipasang meledak saat mereka memperbaiki bom yang seharusny sudah meledak saat pasukan Belanda lewat di jalan raya Saradan.

banyak kisah memilukan yang dialami para pejuang dan rakyat waktu itu, hingga sebuah rumah Mbah lurah Kuncung Gemarang dibumi hanguskan oleh Belanda karena digunakan sebagai persinggahan Pejuang TGP, dan mbah modin Asan Abu ditembak karena dikira pejuang gerilya, padahal mbah Modin Asan Abu mau memberitahu bahwa kambing sudah disembelih dan siap untuk dihidangkan. 

Begitulah sepotong kisah pejuang TGP Madiun yang harus berpindah-pindah markas dari dusun ke dusun, selain Gemarang juga pernah di Desa Brumbun, Mojopurno dan Desa lainnya saat perang gerilya pada Agresi Militer II Belanda, hingga akhir tahun 1949. setelah masa perang usai, pemerintah melalui departemen pertahanan mengadakan Demobilisasi atau proses penurunan kesiagaan tempur angkatan bersenjata, dengan membubarkan kesatuan-kesatuan pejuang yang ada, termasuk TGP (tentara Genie Pelajar) dengan diberikan penghargaan berupa ganti rugi. dan bagi para pelajar yang tergabung pada TRIP, TP dan TGP diberikan kemudahan untuk melanjutkan pendidikan atau melanjutkan karirnya di militer dengan mengikuti pendidikan kemiliteran. pada saat itu Eyang Soenardi memilih melanjutkan sekolahnya yaitu belajar di SGB dilanjutkan SPG dan bahkan sampai BA dan akhirnya meniti karier sebagai guru pendidikan Dasar diwilayah Kabupaten Madiun, dengan jabatan terakhir sebagai Kepala Sekolah di SD Nglanduk 1 Kecamatan Wungu Kab. Madiun. selain sebagai guru beliau sangat aktif di kegiatan-kegiatan sosial dan budaya, yaitu beliau juga menjadi Seniman Kerawitan dan dalang wayang kulit.

Narasumber : Eyang Soenardi Eks. TGP kompi 2 Brigade XVII Madiun
                       Ketua Lesbumi Kota Madiun, Suharto Sosrodipuro sebagai putra putri eks. TGP
   

Tidak ada komentar:

Posting Komentar