Rabu, 03 Februari 2016

Blusukan Masjid Kuno Berbek, Nganjuk

Setelah Blusukan Candi Banjarsari HvM mampir di Cagar Budaya Masjid Kuno Berbek, Nganjuk

MASJID KUNO AL MUBAROK BERBEK, NGANJUK

Pada tahun 1700-an, masjid tersebut pernah menjadi satu-satunya masjid utama dari Kadipaten Berbek yang merupakan daerah kekuasaan kerajaan Mataram.

Perihal itu membuat corak dan bangunan khasnya yang kuno tetap dipertahankan hingga sekarang. Karena dari corak dan arsitektur masjid merupakan penggabungan dari dua unsur budaya masa itu, yakni Hindu dan Islam.

Hal itu terlihat dari berbagai ornamen yang menghiasinya. Mulai dari tatanan batu-bata hingga ukiran di dalamnya. Selain itu, pada bangunan masjid terdapat sinengkalan huruf arab berbahasa jawa.

Berdasarkan catatan sejarah, masjid ini didirikan oleh Kanjeng Raden Toemenggoeng Sosrokoesoemo I, seorang kerabat keraton Mataram yang kemudian diangkat menjadi adipati atau bupati pertama di Kabupaten Berbek.

Kedatangan Sosrokoesoemo atau yang kemudian lebih dikenal dengan sebutan Kanjeng Jimat bukan hanya untuk memperkuat kekuasaan Mataram saja.

Melainkan juga, untuk menyebarkan agama Islam di daerah-daerah pedalaman kaki Gunung Wilis yang merupakan bekas wilayah kerajaan Majapahit.

Sebab, pada masa itu daerah Berbek hingga lereng Gunung Wilis, termasuk Dusun Curik Desa Bajulan Kecamatan Loceret menjadi daerah harapan baru bagi masyarakat Hindu setelah Majapahit runtuh.

Dengan bantuan para ulama saat itu, Kanjeng Jimat berhasil mengislamkan daerah Gunung Wilis dan hanya menyisakan Dusun Curik Desa Bajulan Kecamatan Loceret.

Salah seorang takmir Masjid Al-Mubarok, Muhammad Sururi mengatakan, setelah berhasil mengislamkan seluruh daerah kekuasannya, pada tahun 1745 didirikanlah masjid Kabupaten Berbek yang diberi nama Masjid Al-Mubarok, sebagai pusat penyebaran agama islam.

Lebih lanjut Sururi menunjukkan letak makam Kanjeng Jimat pada posisi 6 dari timur. Dengan panjang kijingan makam berukuran 2,60 meter, lebar 0,90 meter, dan tinggi 0,50 meter serta tinggi nisan 0,95 meter.

Di utara makam terdapat payung tingkat 2. Pada bagian selatan kijingan terdapat prasasti memakai huruf Arab menggunakan bahasa Jawa yang berbunyi “Punika Pasarean Kanjeng Ratu Toemenggoeng Sosro Koesoemo”.

“Kanjeng Raden Toemenggoeng Sosrokoesoemo wafat pada tahun 1760 dan dimakamkan di samping kanan masjid,” terang Sururi.

Sururi menjelaskan, setiap malam jum’at legi, masjid Al-Mubarok penuh dengan kedatangan peziarah atau hanya beriktikaf di dalam masjid.


Hvm mengamati Yoni di Pendopo depan Masjid Al Mubarok
Dalam Masjid Kuno Berbek
Gerbang Pesarean Kanjeng Jimat, Masjid Kuno Berbek
Lingga di Pesarean Masjid Kuno Berbek
Watu Ungkal di Masjid Kuno Berbek
Gentong air di depan pesarean Masjid Kuno

Cikal Bakal Kabupaten Nganjuk

Akte Komisaris Daerah-daerah Keraton yang telah diambil alih oleh Residensi Kediri, yang ditandatangani di Semarang oleh Van Lawick Van Pabst. Dalam akte kolektif ini juga ditetapkan personalia pejabat-pejabat Kabupaten yang lain, seperti Patih, Mantrie, Jaksa, Mantri Wedono / Kepala Distrik, mantri Res dan Penghoeloe.

Perjalanan sejarah keberadaan Kabupaten Berbek “cikal bakal” Kabupaten Nganjuka sekarang ini. Dikatakan “cikal bakal” karena ternyata kemudian bahwa alur Sejarah Kabupaten Nganjuk adalah berangkat dari keberadaan Kabupaten Berbek dibawah kepemimpinnan Raden Toemenggoeng Sosrokoesoemo 1.

Kapan tepatnya daerah Berbek mulai menjadi suatu daerah yang berstatus kabupaten, kiranya masih sulit diungkapkan. Namun dari silsilah keluarga dan catatan:”Peninggalan Kepurbakalaan Kabupaten Nganjuk” tulisan Drs. Subandi, dapat diketahui bahwa bupati Berbek yang pertama adalah KRT. Sosrokoesoemo 1 (terkenal dangan sebutan Kanjeng Jimat).

Pada masa pemerintahanya dapat diselesaikan sebuah bangunan masjid yang bercorak hinduistis yang bernama masjid yoni Al Mubarok. Terdapat sinengkalan huruf arab berbahasa jawa yang berbunyi:

Bagian depan    : Ratu Pandito Tata Terus (1759)

Bagian Bawah  : Ratu Nitih Buto Murti(1758)

Kanan/kiri        : Ratu Pandito Tata Terus (1759)

Belakang          : Ratu Pandito Tata Terus (1759)

Kanjeng Raden Toemenggoeng Sosrodirdjo

Setelah KRT Sosrokoesoemo meninggal dunia tahun 1760 (Leno Sarosa Pandito Iku), sebagai penggantinya adalah Kanjeng Raden Toemenggoeng Sosrodirdjo. Mendekati tahun 1811, Kabupaen Berbek pecah menjadi 2(dua), yaitu Kabupaten Berbek dan Kabupaten Godean. Sebagai bupati Godean adalah Raden Mas Toemenggoeng Sosronegoro II.

Kanjeng Radeen Toemenggoeng Sosrokoesoemo II

Dalam perkembangan selanjutnya, sebagai tindak lanjut adalah perjanjian sepreh tahun 1830, yaitu adanya rencana penataan kembali daerah-daerah dibawah pengawasan dan kekuasaan Nederlandsch Gouverment,dengan SK 31 agustus 1830, ditetapkan bahwa Kabupaten Godean dinyatakan dicabut dan selanjutnya digabung dangan Kabupaten Berbek (yang terdekat). Dengan akte Komisaris daerah-daerah Keraton yang telah diambil alih dan ditandatangani oleh Van Lawick Van Pabst tanggal 16 juni 1831 di Semarang, ditunjuk sebagai bupati Berbek adalah Kanjeng Radeen Toemenggoeng Sosrokoesoemo II. Dari akte tersebut dapat diketahui bahwa Godean telah berubah statusnya menjadi Distri Godean, yang bersama-sama dengan distrik Siwalan dan distrik Berbek menjadi bagian dari wilayah Kabupaten Berbek.

Raden Ngabehi Pringgodikdo 

KRT Sosrokoesoemo II(1830-1852)meninggal dunia tanggal 27 agustus 1852 karena menderita sakit paru-paru.yang ditunjuk sebagai penggantinya adalah Raden Ngabehi Pringgodikdo, patih dari luar Kabupaten Ngrowo, yang bukan termasuk garis keturunan / keluarga dari KRT.Sosrokoesoemo II. Pilihan jatuh pada Pringodikdo ini karena putra-putra dari KRT.Sosrokoesoemo II (Bupati yang telah meninggal) dianggap kurang mampu unuk menduduki jabatan bupati tersebut

Sedangkan Pringgodikdo dinilai lebih cakap dan berbudi pekerti yang baik, selain itu mempunyai pengalaman yang cukup daripada calon-calon lain yang diusulkan, sehingga dianggap mampu dan pantas untuk menggantikan KRT. Sosrokoesoemo II almarhum.

Pengangkatan Pringgodikdo sebagai bupati yang ditetapkan dengan Surat Keputusan Gubernur Jendral Nederlandsch India di Batavia, tanggal 25 November 1852. selanjutnya, apabila disimak dari isi surat residen Kedirie yang pertama, tanggal 20 September 1852 tetang pertimbangan-pertimbangan terhadap Pringgodikdo untuk diangkat menjadi Bupati Berbek adalah sebagai berikut:

“Kabupaten Berbek penting sekali, juga sangat luas, yang meliuti delapan distrik diwilayahnya, dan berbatasan dangan residen Madiun, Soerabaja, rembang, sehingga Policie disana seharusnya waspada…”

Menurut “Akte Komisaris daerah-daerah Kraton yang telah diambil alih “tanggal 16 Juni1831, bahwa dikabupaten Berbek terdapat 3(tiga) distrik, Kabupaten Nganjuk ada 2(dua) distrik dan Kabupaten Kertosono ada 3(tiga) distrik, sehingga jumlah keseluruhan ada 8(delapan) distrik, sama dengan yang disebutkan dalam SK di atas. Hal ini berarti sebelum KRT.Sosrokoesoemo II meninggal, telah terjadi suatu proses penghapusan Kabupaten Nganjuk dan Kabupaten Kertosono yang meliputi distrik-distrik: Berbek, Godean, Siwalan (asli dari Kabupaten Berbek), Ngandjoek, Gemenggeng (berasal dari Kabupaten Ngandjoek), Kertosono, Waroe Djajeng, Lengkong (berasal dari Kabupaten Ketosono).

Raden Ngabehi Soemowilojo

Raden Ngabehi Pringgodikdo menjabat sebagai bupati Berbek lebih kurang 14 tahun, yaitu sampai dengan tahun 1866. setelah mangkat digantikan oleh Raden Ngabehi Soemowilojo, patih pada kadipaten Blitar dengan SK Gubernur Jendral Nederlandsch Indie tanggal 3 September 1866 No. 10. selanjutnya dengan SK Gubernur Jendral Nederlandsch Indie tanggal 21 oktober 1866 No.102 dia diberi gelar toemenggoeng dan diijimkan manamakan diri : Raden Ngabehi Soemowilojo.

Raden Toemenggoeng Sosrokoesoemo III

Raden Ngabehi Soemowilojo meninggal dunia tanggal 22 februari 1878. Untuk menduduki jabatan Bupati Berbek yang kosong tersebut telah diangkat Raden Mas Sosrokoesoemo III, Wedono dari Nederlandsch Indie tanggal 10 april 1878 No.9, menjadi Bupati Berbek. Bersama dengan itu diberikan totle jabatan: Toemenggoeng dan diijinkan menuliskan namanya Radeen Toemenggoeng Sosrokoesoemo. Pada masa pemerintahan Radeen Toemenggoeng Sosrokoesoemo III inilah terjadi suatu peristiwa yang amat penting bagi perjalanan sejarah pemerintahan di Nganjuk hingga sekarang ini. Peristiwa tersebut adalah adanya kepindahan tempat pusat pemerintahan dari kota Berbek menuju kota Nganjuk. Mengenai hal boyongan ini akan diuraikan nanti.

Raden Mas Toemenggoeng Sosro Hadikoesoemo 
Pada tanggal 28 September 1900, RM. Adipati Sosrokoesoemo III karena menderita sakit yang terus menerus sehingga terpaksa memberanikan diri mengajukan permohonan kepada Gubernur Jendral Nederlansch Indie untuk diberhentikan dengan hormat dari jabatan Negara dengan diberikan hak pensiun. Dan selanjutnya, memohon agar karirnya putra laki-laki tertuanya: Raden Mas Sosro Hadikoesoemo menggantikan jabatan sebagai Regent (Bupati) Berbek.

Berdasarkan Besluit Gubernur Jendral nederlansch Indie tanggal 2 Maret 1901 No 10, Pemerintahan Hindia Belanda memberhentiakan R.M. Adipati Sosrokoesoemo dan selanjutnya mengangkat redden Mas Sosro Hadikoesoemo sebagai Regent (Bupati) Berbek dan memberinya gelar Toemenggoeng dan mengijinkan menamakan dan menuliskan:Raden MAs Toemenggoeng Sosro Hadi Koesoemo.

Satu hal penting yang perlu dipehatikan pada masa jabatan RMT. Sosro Hadi Koesoemo ini adalah mulai digunakan sebutan: Regentschap (Kabupaten) Nganjuk, yang pada waktu-waktu sebelumnya masih di sebut Afdelling Berbek (Kabupaten Berbek). Tentang hal ini dapat dilihat pada Regeering Almanak 1852-19420.

Berikut ini adalah nama-nama Bupati Nganjuk setelah Raden Mas Sosro Hadi Koesoemo:
1936 – 1952 : R.T.A. Prswiro Widjojo

1943 – 1947 : R. Mochtar Praboe Maangkoenegoro

1947 – 1949 :Mr.R.Iskandar Gondowardjojo

1949 – 1951 : R.M.Djojokoesoemo

1951 -1955 : K.I Soeroso Atmohadiredjo

1955 -1958 : M. Abdoel Sjukur Djojodiprodjo

1958 -1960 : M. Poegoeh Tjokrosoemarto

1960 -1968 : Soendoro Hardjoamodjojo, SH

1968 – 1943 : Soeprapto,BA

1973 – 1978 : Soeprapto,BA

1978 – 1983 : Drs.Soemari

1983 – 1988 : Drs.ibnu Salam

1988 – 1993 : Drs.ibnu Salam

1933 – 1998 : Drs.Soetrisno R

1998 – 2003 : Drs.Soetrisno R, M.Si

2003 – 2008 : Ir Siti Nurhayati, MM

2008 – 2013 : Drs H Taufiqurrahman

2013 – 2018 : Drs H Taufiqurrahman

Masjid Kuno Berbek tampak dari belakang, meru dan kemuncak masjid  bernuansa Jawa 
tipe batubata kuno di makam Masjid Kuno Berbek
salah satu umpak batu di masjid kuno Berbek
Rak Kuno yang bertuliskan angka tahun 1745 M di Masjid Berbek
Bedug dan kentongan di masjid kuno Berbek
Jika berkunjung kesini jangan lupa mampir di Warung  Rawon seberang masjid ke kiri 50 m, terlihat dari depan masjid muantaaaab. salam budaya. Historia van Madioen

Sumber :
http://www2.nganjukkab.go.id/?page_id=97
http://www.memoarema.com/63143/masjid-al-mubarok-kacangan
Foto : Historia van Madioen

Tidak ada komentar:

Posting Komentar