Minggu, 08 Mei 2016

Museum Trinil

Pak Jono Pemandu Museum Trinil baju batik

Kunjungan Historia Van Madioen ke Museum Trinil

Waktu             : Kamis, 5 Mei 2016
Peserta            : 8 orang  (Widodogb, Tatang, Wija A. , Adung, Eko, Atik, Tya, Riski)
Tujuan             : Museum Trinil, Dsn. Pilang Desa Kawu, Kec. Kedunggalar, Kab Ngawi

Museum Trinil, nama ini sangat tidak asing bagi masyarakat Ngawi dan sekitarnya bahkan seluruh pelajar di Indonesia mengenal nama ini sebagai tempat ditemukannya fosil pithecanthropus erectus yaitu manusia seperti kera yang berjalan tegak. Trinil  merupakan  situs Paleoantropologi di Indonesia , sebaran penemuan fosil situs diperkirakan radius 3 km dan berada di 3 desa yaitu: Desa Kawu, Ngancar dan Gemarang Kabupaten Ngawi, Jawa Timur. Kebanyakan penemuan fosil berada di pinggiran sungai Bengawan solo. Letak dari situs ini dikelilingi oleh aliran Bengawan solo. Di dusun pengkol yang juga terdapat tikungan aliran sungai sering ditemukan fosil-fosil berukuran besar dan kecil, bahkan saat sungai surut kita dengan mudah menemukan fosil di gundukan pasir atau tanah stren sungai, oleh karena itu kegiatan penambangan tanah dan pasir di larang didaerah ini.
Jadi dimungkinkan Trinil merupakan kawasan di lembah Bengawan Solo yang menjadi hunian kehidupan purba, tepatnya zaman Pleistosen Tengah, sekitar satu juta tahun lalu.

Pak Jono seorang pemandu dan juga penerus juru pelihara dan merupakan pelopor situs Trinil menceritakan bahwa Eugène Dubois adalah ahli anatomi berkebangsaan Belanda, sebelum datang ke Jawa di eropa beliau telah melakukan penelitian manusia purba namun tidak berhasil, informasi mengenai keberadaan fosil purbakala berasal dari Raden Saleh, seorang pelukis ternama yang mendapat pendidikan di negeri Belanda. Raden Saleh membawa fosil gading gajah sebagai cindera mata ke negeri Belanda, mengetahui hal tersebut Eugene Dubois segera datang ke nusantara. Pertama beliau datang ke Sumatra tepatnya di Paya Kumbuh, disana menemukan fosil-fosil gajah namun ternyata bukan generasi gajah purba, kemudian beliau melakukan penelitian di Jawa, tepatnya di wilayah Kedung Brubus Madiun, disini ditemukan fosil gigi geraham dan tulang-tulang binatang purba. Berdasarkan cerita rakyat tentang adanya banyak penemuan balung buto di wilayah aliran sungai Bengawan solo, Eugene Dubois menemukan fosil Pithecantropus Erectus yang cukup signifikan di wilayah Trinil yaitu berupa tempurung kepala, tulang paha atas dan tiga gigi. Inilah awal dari penemuan fosil manusia purba Pithecantropus Erectus dalam jumlah yang banyak di daerah Sangiran dan aliran bengawan Solo pada tahun 1891. Untuk memudahkan penelitian fosil manusia purba beliau masuk tentara yang ditugaskan di Benteng Van Den Bosch Ngawi.

Pada 1891-1893 Dubois menemukan fosil manusia purba Pithecanthropus erectus serta berbagai fosil hewan dan tumbuhan purba.
Pada era pemerintah Jepang dan era perang kemerdekaan situs Trinil tidak mendapat perhatian, seorang penduduk bernama Mbah wiro Balung (karena sering merawat penemuan-penemuan fosil tulang) pada tahun 1967 mulai aktif memelihara situs Trinil dan dianggap juru kunci dan orang pintar oleh warga sekitar karena sering dimintai tolong untuk mengobati orang sakit atau keperluan lainnya.

pada tahun 1852 – 1976 Universitas Gajah Mada dan beberapa kali peneliti dari luar negeri.
mengadakan penelitian di situs Trinil yang di bantu oleh Mbah wiro dan warga sekitar.
Pada tahun 1979 keberadaan situs Trinil dilaporkan ke Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Provinsi Jawa Timur. Hingga akhirnya pada tahun 1980 situs Trinil dikelola oleh pemerintah, dan 100 tahun penemuan fosil Pithecantropus Erectus,yaitu tahun 1991 secara resmi didirikan museum Trinil yang diresmikan oleh Gubernur Jawa Timur SOELARSO, pada tanggal 20 November 1991 hingga saat ini mendapatkan pengembangan-pengembangan fasilitas umum yang cukup memadai, mulai dari Taman, Pendapa, Mushola, tempat permainan anak, arena outbond dan area kemah.

Saat ini di Trinil berdiri sebuah museum yang menempati area seluas tiga hektare, dengan koleksi di antaranya fosil tengkorak Pithecantrophus Erectus, fosil tulang rahang bawah macan purba (Felis tigris), fosil gading dan gigi geraham atas gajah purba (Stegodon trigonocephalus), dan fosil tanduk banteng purba (Bibos palaeosondaicus).

Pak Jono yang merupakan penerus dari mbah wiro Balung, berujar bahwa selain penemuan fosil era Prasejarah, didaerah Trinil dan sekitarnya juga terdapat beberapa situs era klasik / kerajaan yaitu : sebuah Yoni yang berada di punden desa, batu lmpang dan batu gilang. Menariknya juga banyak ditemukan batu-batu bulat sebesar  kepalan tangan orang dewasa, apakah batu tersebut merupakan peralatan manusia purba atau alat upacara ritual kuno, atau dipergunakan sebagai peluru canon, hal ini masih menjadi pertanyaan. 

Setelah berbincang banyak hal dengan Pak Jono, kami penasaran untuk observasi ke lapangan, kami menuju ke sungai yang berada di dusun Pengkol,sengaja kami berjalan kaki walaupun jaraknya cukup jauh. Dalam perjalanan kami beberapa kali menemukan potongan-potongan kecil  fosil , juga beberapa potongan agak besar yang dimanfaatkan warga sebagai hiasan temple pagar rumah, namun menurut warga desa sekarang sudah jarang sekali ditemukan fosil (red. ukuran besar).

Rumah-rumah penduduk di desa ini kebanyakan masih memanfaatkan papan sebagai dinding rumah, karena wilayah lembah Trinil atau lereng Gunung Kendeng bagian selatan ini dikenal dengan tipe tanah gerak, hingga bangunan tembok dan bahkan aspal sering mengalami kerusakan.


Di sungai Dusun Pengkol kami temui banyak orang yang sedang memancing ikan, menurut mereka jika mau mendapatkan contoh fosil ditempat itu diharapkan datang di musim kemarau, hingga dasar sungai kelihatan dan di pasir atau tanah sungai biasanya dapat ditemui potongan-potongan fosil. widodogb

Monumen penemuan Fosil Phitecantopus Erectus
Museum Trinil Dibangun tepat 100 tahun penemuan Dubois
Phitecantropus Erectus
potongan fosil di daerah lembah Trinil
watu dakon di pinggir jalan museum Trinil
Sungai Pengkol/Bengawan solo
Rumah warga di dsn Pengkol
batu bola hand made manusia purba

Tidak ada komentar:

Posting Komentar