Kamis, 05 Juni 2014

Kerajaan di Madiun Sudah Mengibarkan Panji MERAH PUTIH sebelum Majapahit

Kerajaan Glang-glang i Bhumi Ngurawan di Madiun Sudah Mengibarkan Panji MERAH PUTIH sebelum Majapahit

Prasasti Kudadu (1216 Saka/1294 M) Lempeng IV verso:
“…. Prasasti . ring samangkana, hana ta tunggulning çatru layulayu katon wetani haniru, bang lawan putih warnnanya…..”

“….. pada saat itu, ada bendera milik musuh berlari-lari (melambai-lambai) terlihat di timurnya Haniru, MERAH dan PUTIH warnanya”

Jika temen-temen berada di luar Madiun dan ditanya dari mana berasal? Kemudian dijawab Madiun, kira-kira apa yang mereka respon? Pasti Muso dan PKI.
Ya karena hanya itulah peristiwa sejarah yang benar-benar dicatat dan memudahkan mereka memberikan respon

Oleh karena itu, TS yang bergabung dengan oganisasi KOMPAS MADYA (Komunitas Pemerhati Sejarah Madiun Raya mencoba untuk mengangkat sisi lain yang belum tercatat, namun berdasarkan beberapa bukti bisa dijadikan sebagai kebesaran dari Madiun, sehingga gambaran tentang Madiun yang identik dengan PKI dan tawuran semoga bisa terhapus kelak di kemudian hari

Sri Jayakatwang Ketika mendengar nama tersebut hampir seluruh masyarakat sejarah pasti akan menuju ke kerajaan Daha di Kediri, Namun jauh sebelum itu Sri Jayakatwang adalah Raja dari kerajaan Glang-Glang i bhūmi Wurawan, yang pusat kerajaannya di Dolopo, Madiun

Kronologis Sejarah
  • Tahun 1170 Çaka /1248 M, penerbitan prasasti Maribong yang menyebutkan nararyya Sminingrat atau Wisnuwardhana naik tahta kerajaan Tumapel di nagara Singhasari setelah menggulingkan Panji Tohjaya 
  • Tahun 1176 Çaka /1254 M, penobatan Kertanagara sebagai raja muda di nagara Daha di bhumi Kadiri.
  • Tahun 1177 Çaka /1255 M, penerbitan prasasti Mula-Malurung menyebutkan 8 kerajaan vassal berikut nama raja-rajanya, serta hubungan pertalian darah diantara semua raja-raja vassal tersebut 
  • Tahun 1180 Çaka /1258 M, Sastrajaya (ayahanda Jayakatwang) dinobatkan sebagai raja nagara Daha di bhumi Kadiri, menggantikan Kertanagara. 
  • Tahun 1190 Çaka /1268 M, nararyya Sminingrat wafat, Kertanagara naik tahta menjadi maharaja Tumapel di nagara Singhasari. 
  • Tahun 1193 Çaka /1271 M, Kertanegara sebagai maharaja Tumapel, menobatkan Jayakatwang sebagai raja nagara Daha di bhumi Kadiri dan memindahkan pusat pemerintahan kerajaan Glang-glang ke nagara Daha di bhumi Kadiri, dimana wilayah kekuasaannya meliputi bhumi Kadiri dan bhumi Wurawan. 
  • Tahun 1197 Çaka /1275 M, pengiriman pasukan Tumapel untuk menaklukkan kerajaan Malayu. 
  • Tahun 1202 Çaka /1280 M, Khubilai Khan mendirikan dinasti Yuan di Mongolia dan menaklukkan kerajaan-kerajaan di Asia.
  • Tahun 1206 Çaka /1284 M, pengiriman pasukan Tumapel untuk menaklukkan Bali. 
  • Tahun 1211 Çaka /1289 M, utusan Dinasti Yuan, Meng Qi datang ke Tumapel dan dilukai oleh Kertanagara. 
  • Tahun 1214 Çaka /1292 M, Jayakatwang menyerang Tumapel dan berhasil membunuh Kertanagara, selanjutnya naik tahta sebagai maharaja Tumapel. 
  • Tahun 1215 Çaka/1293, Jayakatwang berhasil ditaklukkan oleh pasukan Raden Wijaya yang bekerja sama dengan pasukan Dinasti Yuan utusan Khubilai Khan dari Mongolia.
Dimana Letak Kerajaan Tersebut? Letak persis saat ini yang masih banyak ditemukan peninggalan-peninggalan bersejarahnya adalah Dusun Ngrawan, Desa Glonggong, Dolopo, Madiun

Bukti Prasasti lain adalah Prasasti Mula Manurung (1177 S / 1255 M )
  • Prasasti Mula-Malurung (1177 S) menyebutkan ada 8 Raja dan kerajaan vasal utama Kerajaan Tumapel
  • Pertamakalinya disebutkan nama Raja Jayakatwang
  • Sri Jayakatwang bertahta di nagara Glang-Glang i bhumi Wurawan
  • Sri Jayakatwang Keponakan nararyya Sminingrat
  • Permaisuri Sri Jayakatwang, yaitu Turuk Bali adalah putri nararyya Smi ningrat, dan saudara Sri Krtanagara.
Keadaan Lokasi Kerajaan Saat Ini
Banyak peninggalan bersejarah yang saat ini sudah ditemukan, namun dijual ke kolektor ke luar negeri. Dengan pekerjaan utama masyarakat adalah pembuat batu bata, sehingga waktu menggali tanah dan menemukan benda purbakala tidak ada yang tahu, dan sebagian masyarakat sudah tahu bahwa benda tersebut bernilai jual tinggi. 

Dan yang lebih menyedihkan lagi Pemerintah sampai saat ini belum menetapkan lokasi ini sebagai Situs Cagar Budaya yang dilindungi

Berdasarkan inisiasi dari Ketua Kompas Madya Bpk Bernardi S Dangin yang berkoordinasi juga dengan Dinas Pendidikan dan Kebudayaan tanggal 2 Februari ini sudah ada kunjungan dari BALAR (Balai Arkeologi) Jogja untuk mengadakan pemetaan ke lokasi tersebut, Di samping juga melakukan pemetaan ke lokasi candi lain yg kami temukan di Sebayi

Padahal jika lokasi ini bisa diekskavasi dan di rekonstruksi, selain bisa dijadikan obyek wisata yang menambah pendapatan masyarakat sekitar, juga bisa menghapus citra buruk madiun yang sampai saat ini belum punya ikon yang membanggakan. Mosok wong dodol sego pecel thok , kethok nek cuma ngurusi weteng ae he...he....he

sumber : http://www.kaskus.co.id/
              Kompas Madya : Novi BMW, Mas Baswoko 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar