Minggu, 17 Agustus 2025

Johanna Petronella Mossel: Lahirnya Kartu Bridge Wayang dan Kesadaran Pendidikan Budaya

Sejarah Indonesia tak hanya diwarnai narasi besar perjuangan fisik dan diplomasi, namun juga jejak-jejak inovasi dari sosok  visioner yang melampaui zamannya. Salah satunya adalah Johanna Petronella Mossel.

Dikenal atas dedikasinya dalam dunia pendidikan melalui Ksatrian Instituut, Johanna punya warisan lain yang tak kalah unik namun kerap luput dari perhatian, idenya untuk menciptakan kartu bridge (remi) bergambar wayang yang digagas sejak jaman Jepang.

Profil Singkat

Kehidupannya banyak diwarnai dengan perjuangan, terutama di bidang pendidikan. Johanna mengajar sejak 1925 di Kesatrian Institut di Bandung. Dekker menikahi Johanna pada 22 September 1926. Mereka berdua pernah mendirikan sekolah dagang swasta. Sekolah yang nampaknya hanya akan menerima siswa pribumi ketimbang Belanda. Sebagai guru, Johanna dikenal keras dan disiplin. Dia sering mengajar tanpa imbalan.

Ketika Dekker dibuang ke Suriname pada 1941, Johanna menikah lagi dengan Jafar Kartodirejo yang merupakan kawan Dekker untuk memberi perlindungan pada Johanna.

Johanna Petronella Mossel mengembuskan napas terakhirnya di Bandung pada 18 Agustus 1982, meninggalkan jejak pemikiran dan perjuangan yang patut dikenang.

Sekadar informasi, dalam catatan sejarah terdapat dua sosok berbeda yang memiliki nama Douwes Dekker. Sosok yang menjadi suami Johanna Petronella Mossel dan merupakan pahlawan nasional, pendiri Indische Partij, adalah Ernest Franois Eugne Douwes Dekker (kemudian dikenal sebagai Danudirja Setiabudhi).

Beliau adalah keponakan dari Eduard Douwes Dekker, seorang penulis Belanda yang terkenal dengan nama pena Multatuli dan karyanya Max Havelaar. Penting untuk membedakan keduanya agar tidak terjadi kesalahpahaman dalam pemahaman sejarah.

kompasiana

Tidak ada komentar:

Posting Komentar