Sejarah Munculnya Dan Perlawanan Kelompok Samin di Madiun Tahun 1908 - 1914
(Septian D Kharisma)
Historia van Madioen
Munculnya kelompok Samin di Madiun pada dasarnya adalah imbas dari gerakan kelompok Samin di Blora, pimpinan Samin Surosentiko. Pengikut Samin Surosentiko yang menyebar ke seluruh daerah di Jawa tengah dan Jawa timur termasuk ke Madiun, kelompok Samin yang menyebar ke Madiun ini membawa isu yang sama dengan gerakan Samin di Blora
yaitu tentang Tanah, Pajak, hutan dan masalah bersifat fundamental yang memang mengarah ke problematika dasar Masyarakat Pribumi (Wong Cilik) yang bertepatan dengan situasi politik yaitu diturunkannya kebijakan tanam paksa dan kerja rodi oleh kolonial Belanda.
Wongsorejo sebagai pengikut Samin Surosentiko menyebarkan nilai-nilai di Saminisme di Jiwan Kabupaten Madiun pada tahun 1908, Wongsorejo selama di Madiun melakukan Propaganda dan penghasutan pada rakyat desa jiwan untuk melawan Belanda dengan cara tidak membayar pajak
Akhirnya Pemerintah Belanda mengutus Bupati Madiun yang saat itu dijabat oleh R.H.T. Kusnodiningrat untuk memadamkan gerakan perlawanan kelompok kelompok Samin pimpinan Wongsorejo tersebut dengan cara persuasive, Cara Bupati Madiun tersebut dapat meredam aktivitas kelompok Samin di Madiun serta membuat Wongsorejo dua pengikutnya dapat ditangkap. Mereka diasingkan oleh pemerintah kolonial ke luar jawa yaitu Api-api (Pantai Timur Sumatra) lalu dan Pasar Tais (Bengkulu).
Ditangkap dan diasingkannya Wongsorejo, belum dapat sepenuhnya menghilangkan
ajaran dan perlawanan kaum Saminis, pada tahun 1914 munculah saminis yang bernama Projodikromo yang berprofesi sebagai petani, yang tinggal di dusun Plosorejo Madiun.
Awalnya Projodikromo merekrut 24 orang untuk mendukung gerakannya, selanjutnya ia melakukan aksi melawan Belanda dengan menipu petugas pajak. Projodikromo berkata pada masyarakat dan pengikutnya bahwa pajak akan dinaikan oleh pemerintah kolonial.
Aksi tersebut meresahkan pemerintah kolonial akhirnya pemerintah kolonial mengutus kembali Bupati Madiun untuk melakukan pendekatan persuasive pada para pengikut Samin, sehingga sekali lagi kelompok Samin di Madiun dapat diredam dan Projodikromo ditahan di penjara Negara Madiun (Rumah Tahanan Militer atau RTM Madiun di jalan Ahmad Yani Kota Madiun, sekarang) selanjutnya diasingkan oleh pemerintah kolonial Belanda di luar jawa.
Kelompok Samin pada umumnya dapat diredam dengan mudah dengan pendekatan
persuasive yang dilakukan oleh bupati Madiun, di kabupaten Madiun gerakan Samin pada tahun 1908 dan 1914 dapat dihentikan secara efektif, melalui intervensi bupati yang bijaksana sehingga berhasil membujuk para penganut Samin untuk keluar dari kelompoknya.
Kebijaksanaan dari pemerintah kabupaten Madiun saat itu dan pembuangan pemimpin kelompok Samin di luar Jawa, membuat kelompok Samin tidak dapat muncul kembali. Hancurnya kelompok Samin di Madiun karena kolompok samin kurang memiliki pondasi yang kuat dari segi keyakinan dan pemahaman tentang ajaran Samin, sehingga kelompok Samin daerah Madiun dapat di gulung dengan mudah oleh pemerintah kolonial dengan bantuan pemerintah tradisional Madiun / Bupati Madiun.
Di tahun 1914, Pasca Gerakan perlawanan Samin di Madiun ini. Bupati Madiun R.H.T Koesnodiningrat, berhasil menghapuskan kebijakan Kerja Rodi yang dicanangkan oleh Pemerintah Kolonial Belanda. Kebijakan kerja Rodi inilah yang telah membebani rakyat dan membuat rakyat Madiun bergejolak.
*Catatan
1.lokasi penyebaran Ajaran dan kelompok Samin tahun 1908: desa Bedoho, Ngetrep, Bibrik, Gading, Sidorejo, Nangkrik di Kecamatan Jiwan, di desa Tiron dan Pelempayung kecamatan Balerejo Kabupaten Madiun.
2.lokasi penyebaran Ajaran dan kelompok Samin tahun 1914: desa Simo, Tapellan, Bulakrejo di distrik Madiun, desa Mraoe, distrik Caruban, dusun Plosorejo, desa Simo, dan Kecamatan Balerejo, Kabupaten Madiun
*kolom 1 Foto samin surosentiko dan Pengikutnya
*Daftar Pustaka di Kolom 2 dan 3
Tidak ada komentar:
Posting Komentar