Pengertian Hortatory Exposition Text
Hortatory exposition text adalah teks eksposisi
yang bertujuan meyakinkan pembaca untuk melakukan
tindakan tertentu atau mengubah pandangan mereka tentang suatu
masalah. Teks ini biasa disebut juga dengan persuasive exposition.
Karena bersifat
persuasif, hortatory exposition text seringkali
didukung oleh alasan moral atau nilai-nilai tertentu agar pembaca setuju dengan
pandangan atau pendapat penulis, kemudian dapat mengambil langkah-langkah
konkret sesuai dengan apa yang disarankan.
Contoh topik yang cocok untuk hortatory exposition text adalah kampanye sosial seperti pentingnya menjaga lingkungan, mengurangi global warming, peduli kebersihan dan kesehatan dan lain-lain
Hortatory Exposition Text
Structure
Hortatory exposition text memiliki 3 struktur,
yaitu:
1. Introduction / Thesis
As usual, struktur sebuah teks
biasanya akan dimulai dengan introduction atau thesis. Dalam hortatory
exposition text, pada bagian ini penulis bisa memperkenalkan topik atau
masalah yang akan dibahas serta menyajikan pendapat atau pandangan yang akan
dijelaskan lebih lanjut dalam teks.
Pendahuluan ini bertujuan
untuk memperkenalkan pembaca kepada isu yang akan dibahas dan membuat mereka
tertarik untuk membaca lebih lanjut.
2. Argument
Struktur kedua dari hortatory
exposition text yaitu arguments atau
alasan yang mendukung pendapat / pandangan sang penulis terkait dengan topik
yang dibahas. Argumen-argumen ini umumnya akan didukung oleh fakta, data,
atau bukti yang relevan untuk memperkuat persuasinya.
Supaya lebih meyakinkan,
penulis juga bisa menggunakan analogi, perbandingan, atau contoh konkret untuk
memperjelas pendapat yang sudah dikemukakan di awal.
3. Recommendation
Terakhir, penulis bisa
menutup teks dengan memberikan recommendation, yakni berupa saran
atau ajakan kepada pembaca tentang tindakan yang harus diambil atau pandangan
yang harus diadopsi berdasarkan pada argumen yang telah disajikan
sebelumnya.
Rekomendasi ini dapat
berupa ajakan untuk bertindak, mengubah perilaku, atau mengadopsi pandangan
tertentu terkait dengan topik yang dibahas.
Protecting Our Environment for Future Generations
Introduction:
Global warming, driven by human activities such as burning fossil
fuels and deforestation, has emerged as one of the most pressing environmental
challenges of our time. Its adverse effects on the environment are becoming
increasingly evident, posing significant threats to ecosystems, wildlife, and
human communities. This hortatory exposition aims to shed light on the impact
of global warming on the environment and advocate for urgent action to address
this existential threat.
Arguments:
Global warming has led to rising temperatures worldwide, causing
disruptions to ecosystems and threatening biodiversity. Higher temperatures
alter the natural habitats of various species, leading to changes in migration
patterns, breeding seasons, and food availability. For example, coral reefs,
essential marine ecosystems, are highly sensitive to temperature changes and
are experiencing widespread bleaching events due to warmer ocean temperatures.
According to the Intergovernmental Panel on Climate Change (IPCC), continued global
warming poses a severe risk to coral reefs, with some projections suggesting
that up to 90% of coral reefs could be lost by 2050.
Another significant impact of global warming is the melting of
polar ice caps and glaciers, leading to rising sea levels and coastal flooding.
The Arctic region, in particular, is warming at a rate twice as fast as the
global average, resulting in the rapid loss of sea ice and permafrost. This has
dire consequences for indigenous communities and wildlife that rely on these habitats
for survival. Additionally, melting ice contributes to sea-level rise,
threatening coastal cities and low-lying islands with inundation and saltwater
intrusion. According to NASA, global sea levels have risen by about 8 inches
since 1880, and the rate of rise is accelerating, posing significant risks to
coastal populations and infrastructure.
Deforestation, driven by agricultural expansion, logging, and
urbanization, exacerbates the effects of global warming by reducing the Earth’s
capacity to absorb carbon dioxide. Forests act as carbon sinks, absorbing and
storing carbon dioxide from the atmosphere. However, deforestation releases
stored carbon back into the atmosphere, contributing to the greenhouse effect
and further warming the planet. The loss of forests also diminishes
biodiversity, disrupts ecosystems, and exacerbates soil erosion and natural
disasters such as floods and landslides. According to the World Wildlife Fund
(WWF), deforestation accounts for about 15% of global greenhouse gas emissions,
making it a significant driver of climate change.
Recommendation:
To address the impact of global warming on the environment, urgent
and concerted action is needed at local, national, and global levels.
Governments must prioritize the implementation of policies aimed at reducing
greenhouse gas emissions, transitioning to renewable energy sources, and
protecting natural habitats. Individuals can also play a crucial role by
adopting sustainable practices such as reducing energy consumption, supporting reforestation
efforts, and advocating for climate-friendly policies.
Artinya:
Tindakan Mendesak Melawan
Pemanasan Global: Melindungi Lingkungan untuk Generasi Mendatang
Pendahuluan:
Pemanasan global, yang didorong
oleh aktivitas manusia seperti pembakaran bahan bakar fosil dan deforestasi,
telah muncul sebagai salah satu tantangan lingkungan yang paling mendesak di
zaman kita. Dampak buruknya terhadap lingkungan semakin jelas, mengancam
ekosistem, keanekaragaman hayati, dan komunitas manusia. Eksposisi hortatori
ini bertujuan untuk mengungkapkan dampak pemanasan global terhadap lingkungan
dan menganjurkan tindakan mendesak untuk mengatasi ancaman eksistensial ini.
Argumen:
Pemanasan global telah
menyebabkan peningkatan suhu di seluruh dunia, menyebabkan gangguan pada
ekosistem dan mengancam keanekaragaman hayati. Suhu yang lebih tinggi mengubah
habitat alami berbagai spesies, menyebabkan perubahan pola migrasi, musim
kawin, dan ketersediaan makanan. Misalnya, terumbu karang, ekosistem laut yang
penting, sangat sensitif terhadap perubahan suhu dan mengalami kejadian
pemutihan yang luas akibat suhu laut yang lebih hangat. Merujuk pada Panel
Antarpemerintah tentang Perubahan Iklim (IPCC), pemanasan global yang berlanjut
mengancam terumbu karang secara serius, dengan beberapa proyeksi menunjukkan
bahwa hingga 90% terumbu karang dapat hilang pada tahun 2050.
Dampak lain yang signifikan
dari pemanasan global adalah mencairnya tutupan es di kutub dan gletser,
menyebabkan naiknya permukaan air laut dan banjir di wilayah pantai. Wilayah
Arktik, khususnya, mengalami pemanasan dengan kecepatan dua kali lipat dari
rata-rata global, yang mengakibatkan hilangnya es laut dan permafrost dengan
cepat. Ini memiliki konsekuensi serius bagi komunitas adat dan keanekaragaman
hayati yang mengandalkan habitat ini untuk bertahan hidup. Selain itu,
pencairan es berkontribusi pada kenaikan permukaan laut, mengancam kota-kota
pesisir dan pulau-pulau rendah dengan banjir dan intrusi air laut. Berdasarkan
NASA, permukaan air laut global telah naik sekitar 8 inci sejak tahun 1880, dan
laju kenaikannya semakin cepat, mengancam populasi dan infrastruktur pesisir.
Deforestasi, yang dipicu oleh
ekspansi pertanian, penebangan, dan urbanisasi, memperparah efek pemanasan
global dengan mengurangi kemampuan Bumi untuk menyerap karbon dioksida. Hutan
bertindak sebagai sumur karbon, menyerap dan menyimpan karbon dioksida dari
atmosfer. Namun, deforestasi melepaskan karbon yang disimpan kembali ke
atmosfer, berkontribusi pada efek rumah kaca dan lebih memanaskan planet.
Hilangnya hutan juga mengurangi keanekaragaman hayati, mengganggu ekosistem,
dan memperparah erosi tanah serta bencana alam seperti banjir dan tanah
longsor. Menurut World Wildlife Fund (WWF), deforestasi menyumbang sekitar 15%
emisi gas rumah kaca global, menjadikannya sebagai pendorong utama perubahan
iklim.
Rekomendasi:
Untuk mengatasi dampak
pemanasan global terhadap lingkungan, tindakan mendesak dan bersama-sama
diperlukan di tingkat lokal, nasional, dan global. Pemerintah harus memprioritaskan
implementasi kebijakan yang bertujuan untuk mengurangi emisi gas rumah kaca,
beralih ke sumber energi terbarukan, dan melindungi habitat alami. Individu
juga dapat memainkan peran penting dengan mengadopsi praktik berkelanjutan
seperti mengurangi konsumsi energi, mendukung upaya reboisasi, dan membela
kebijakan yang ramah iklim.
Human Activities Contributing to Global Warming
Introduction:
Global warming is a pressing issue that threatens the stability of
our planet’s climate and ecosystems, with human activities playing a
significant role in its exacerbation. Activities such as the burning of fossil
fuels and industrial processes release greenhouse gasses into the atmosphere,
leading to rising temperatures and altered weather patterns.
Arguments:
The burning of fossil fuels, such as coal, oil, and natural gas,
for energy production is a primary contributor to global warming. These fuels
release carbon dioxide (CO2), methane (CH4), and other greenhouse gasses when
combusted, trapping heat in the atmosphere and causing temperatures to rise.
According to the Intergovernmental Panel on Climate Change (IPCC), the energy
sector accounts for approximately 73% of global greenhouse gas emissions,
making it a significant driver of climate change.
Industrial processes also contribute to global warming by emitting
greenhouse gasses and pollutants into the atmosphere. Activities such as
manufacturing, mining, and transportation release CO2, methane, nitrous oxide,
and fluorinated gasses, which contribute to the greenhouse effect. The United
States Environmental Protection Agency (EPA) estimates that industrial
activities account for approximately 21% of global greenhouse gas emissions,
highlighting their significant role in climate change.
The agricultural sector is another major contributor to global
warming, primarily through livestock farming and agricultural practices such as
rice cultivation. Livestock farming produces methane, a potent greenhouse gas,
through enteric fermentation and manure management. Additionally, rice
cultivation in flooded paddies releases methane as a byproduct of anaerobic
decomposition. According to the Food and Agriculture Organization (FAO), the
agricultural sector contributes approximately 24% of global greenhouse gas emissions,
making it a significant driver of climate change.
Recommendation:
Governments must implement policies aimed at reducing greenhouse
gas emissions, transitioning to renewable energy sources, and promoting
sustainable practices in the energy, industrial, and agricultural sectors.
Industries must invest in cleaner production technologies, improve energy
efficiency, and adopt emissions reduction measures to minimize their
environmental impact. Additionally, individuals can contribute by adopting
sustainable lifestyles, conserving energy, and reducing food waste.
Artinya:
Aktivitas Manusia yang
Berkontribusi pada Pemanasan Global
Pendahuluan:
Masalah pemanasan global adalah
masalah mendesak yang mengancam stabilitas iklim dan ekosistem planet kita,
dengan aktivitas manusia memainkan peran penting dalam memperburuknya.
Aktivitas seperti pembakaran bahan bakar fosil dan proses industri melepaskan
gas-gas rumah kaca ke atmosfer, menyebabkan peningkatan suhu dan pola cuaca
yang berubah.
Argumentasi:
Pembakaran bahan bakar fosil,
seperti batu bara, minyak, dan gas alam, untuk produksi energi adalah
penyumbang utama pemanasan global. Bahan bakar ini melepaskan karbon dioksida
(CO2), metana (CH4), dan gas-gas rumah kaca lainnya saat terbakar, menjebak
panas di atmosfer dan menyebabkan peningkatan suhu. Menurut Panel
Antarpemerintah tentang Perubahan Iklim (IPCC), sektor energi menyumbang
sekitar 73% dari emisi gas rumah kaca global, menjadikannya sebagai salah satu
pendorong utama perubahan iklim.
Proses industri juga
berkontribusi terhadap pemanasan global dengan melepaskan gas-gas rumah kaca
dan polutan ke atmosfer. Aktivitas seperti manufaktur, pertambangan, dan
transportasi melepaskan CO2, metana, oksida nitrat, dan gas-gas rumah kaca
lainnya, yang berkontribusi terhadap efek rumah kaca. Badan Perlindungan
Lingkungan Amerika Serikat (EPA) memperkirakan bahwa aktivitas industri
menyumbang sekitar 21% dari emisi gas rumah kaca global, menyoroti peran
penting mereka dalam perubahan iklim.
Sektor pertanian juga merupakan
penyumbang besar terhadap pemanasan global, terutama melalui peternakan hewan
dan praktik pertanian seperti budidaya padi. Peternakan hewan menghasilkan
metana, gas rumah kaca yang kuat, melalui fermentasi enterik dan manajemen
kotoran. Selain itu, budidaya padi di sawah yang tergenang melepaskan metana
sebagai produk sampingan dari dekomposisi anaerobik. Menurut Organisasi Pangan
dan Pertanian (FAO), sektor pertanian menyumbang sekitar 24% dari emisi gas
rumah kaca global, menjadikannya sebagai salah satu pendorong signifikan
perubahan iklim.
Rekomendasi:
Pemerintah harus menerapkan
kebijakan yang bertujuan untuk mengurangi emisi gas rumah kaca, beralih ke
sumber energi terbarukan, dan mempromosikan praktik-praktik berkelanjutan di
sektor energi, industri, dan pertanian. Industri harus berinvestasi dalam
teknologi produksi yang lebih bersih, meningkatkan efisiensi energi, dan
mengadopsi langkah-langkah pengurangan emisi untuk meminimalkan dampak
lingkungan mereka. Selain itu, individu dapat berkontribusi dengan mengadopsi
gaya hidup berkelanjutan, menghemat energi, dan mengurangi pemborosan makanan.
Strategies to Combat Global Warming
Introduction:
Global warming poses a significant threat to our planet’s climate
and ecosystems, necessitating the implementation of effective strategies to
mitigate its impact. As human activities continue to contribute to the rise in
greenhouse gas emissions, it is imperative that we take proactive measures to
address this pressing issue and safeguard the future of our planet.
Arguments:
Transitioning to renewable energy sources, such as solar, wind,
and hydroelectric power, is crucial in mitigating global warming. Unlike fossil
fuels, renewable energy sources produce minimal greenhouse gas emissions and
offer sustainable alternatives for meeting our energy needs. According to the
International Renewable Energy Agency (IRENA), renewable energy accounted for
72% of global power expansion in 2020, demonstrating its growing significance
in reducing carbon emissions and combating climate change.
Improving energy efficiency in industries, buildings, and
transportation systems is another key strategy to mitigate global warming. By
reducing energy consumption and minimizing waste, we can decrease our reliance
on fossil fuels and lower greenhouse gas emissions. The International Energy
Agency (IEA) estimates that implementing energy efficiency measures could
reduce global carbon emissions by up to 40% by 2040, highlighting the potential
impact of such initiatives in addressing climate change.
Protecting and restoring natural ecosystems, such as forests,
wetlands, and mangroves, plays a vital role in sequestering carbon dioxide and
mitigating global warming. Forests, in particular, act as carbon sinks,
absorbing and storing significant amounts of carbon dioxide from the
atmosphere. According to the World Resources Institute (WRI), intact forests
can absorb up to one-third of global carbon emissions annually, underscoring
the importance of preserving these vital ecosystems.
Recommendation:
As we navigate the challenges posed by global warming, it is crucial for policymakers, businesses, and individuals to collaborate in implementing innovative solutions. Investing in research and development of clean energy technologies, supporting initiatives to reduce carbon emissions, and fostering international cooperation on climate change are essential steps toward mitigating the effects of global warming. Let us all commit to taking concrete actions that prioritize the health of our planet and future generations.
Artinya:
Strategi untuk Melawan
Pemanasan Global
Pendahuluan:
Pemanasan global merupakan
ancaman serius bagi iklim dan ekosistem planet kita, sehingga memerlukan
implementasi strategi yang efektif untuk mengurangi dampaknya. Ketika aktivitas
manusia terus berkontribusi pada peningkatan emisi gas rumah kaca, sangat penting
bagi kita untuk mengambil langkah proaktif untuk menangani masalah yang
mendesak ini dan melindungi masa depan planet kita.
Argumen:
Berpindah ke sumber energi
terbarukan, seperti energi surya, angin, dan hidroelektrik, sangat penting
dalam mitigasi pemanasan global. Berbeda dengan bahan bakar fosil, sumber
energi terbarukan menghasilkan emisi gas rumah kaca yang minimal dan menawarkan
alternatif yang berkelanjutan untuk memenuhi kebutuhan energi kita. Menurut
Badan Energi Terbarukan Internasional (IRENA), energi terbarukan menyumbang 72%
dari ekspansi energi global pada tahun 2020, menunjukkan signifikansinya yang
meningkat dalam mengurangi emisi karbon dan melawan perubahan iklim.
Meningkatkan efisiensi energi
di industri, bangunan, dan sistem transportasi adalah strategi kunci lainnya
untuk mengurangi pemanasan global. Dengan mengurangi konsumsi energi dan
meminimalkan limbah, kita dapat mengurangi ketergantungan kita pada bahan bakar
fosil dan menurunkan emisi gas rumah kaca. Badan Energi Internasional (IEA)
memperkirakan bahwa menerapkan langkah-langkah efisiensi energi bisa mengurangi
emisi karbon global hingga 40% pada tahun 2040, menyoroti dampak potensial dari
inisiatif semacam itu dalam mengatasi perubahan iklim.
Melindungi dan mengembalikan ekosistem
alami, seperti hutan, lahan basah, dan mangrove, memainkan peran penting dalam
menyerap karbon dioksida dan mengurangi pemanasan global. Hutan, khususnya,
bertindak sebagai penyerap karbon, menyerap dan menyimpan jumlah karbon
dioksida yang signifikan dari atmosfer. Menurut Institut Sumber Daya Dunia
(WRI), hutan yang utuh dapat menyerap hingga sepertiga dari emisi karbon global
setiap tahun, menekankan pentingnya untuk menjaga ekosistem penting ini.
Rekomendasi:
Saat kita menghadapi tantangan
yang ditimbulkan oleh pemanasan global, penting bagi pembuat kebijakan, bisnis,
dan individu untuk berkolaborasi dalam menerapkan solusi inovatif. Berinvestasi
dalam penelitian dan pengembangan teknologi energi bersih, mendukung inisiatif
untuk mengurangi emisi karbon, dan mendorong kerjasama internasional dalam
perubahan iklim adalah langkah penting menuju mitigasi efek pemanasan global.
Mari kita semua berkomitmen untuk mengambil tindakan nyata yang memprioritaskan
kesehatan planet kita dan generasi masa depan.
Di kutip dari : www.english-academy.id/blog/contoh-hortatory-exposition-text
Di akses 30 September 2025
Why
should we switch to renewable energy?
Energy production
and consumption are at the heart of the climate challenge, but they are also
key to the solution. The burning of fossil fuels for electricity and heat
is the largest contributor to global climate change, accounting for over 75% of
global greenhouse gas emissions. To mitigate the worst impacts of climate
change, it is imperative that we transition to renewable energy sources. In
this article, we will explore the critical reasons why we should switch to
renewable energy, including environmental, economic, and health benefits.
We have many
Environmental Benefits, they are Reducing Greenhouse Gas Emissions Fossil fuels are
the primary source of greenhouse gases, which trap heat in the Earth’s
atmosphere and contribute to global warming. By switching to renewable energy
sources, such as solar, wind, and hydro, we can significantly reduce these
emissions. Renewable energy produces little to no greenhouse gases or
pollutants, making it a clean alternative to fossil fuels.
Beside that we have
some Economic Benefits, they are
Reducing Dependence on Imported Fuel Approximately 80% of the global
population lives in countries that are net importers of fossil fuels. This
dependence on foreign energy makes countries vulnerable to geopolitical shocks
and price volatility. Renewable energy sources, however, are abundant and
available in all countries, providing an opportunity to reduce import
dependency and enhance energy security.
Cost-Effective Energy, Renewable
energy has become the cheapest power option in many parts of the world. The
cost of electricity from solar power fell by 85% between 2010 and 2020, while
the costs of onshore and offshore wind energy also saw significant reductions.
This makes renewable energy not only environmentally friendly but also
economically viable.
Job Creation,
Investing in renewable energy creates numerous job opportunities. Every dollar
invested in renewables generates three times more jobs than in the fossil fuel
industry. The transition to clean energy is expected to result in a net gain of
millions of jobs, contributing to economic growth and poverty alleviation.
Ensuring a just transition, with a focus on inclusive economic development,
will help ensure that no one is left behind.
In Health Benefits
we will Reducing Air Pollution The
combustion of fossil fuels releases pollutants that contribute to smog, acid
rain, and respiratory problems. According to the World Health Organization
(WHO), about 99% of people in the world breathe air that exceeds air quality
limits. Switching to renewable energy can significantly reduce air pollution,
improving public health and reducing healthcare costs.
Preventing Health
Issues Air pollution from fossil fuels is linked to millions of deaths each
year due to respiratory and cardiovascular diseases. By reducing our reliance
on fossil fuels and adopting cleaner energy sources, we can prevent these
health issues and enhance the quality of life for people around the world.
Sustainable Energy
Supply, Renewable energy sources are replenished by nature, making them a
sustainable option for the long term. Unlike fossil fuels, which are finite and
depleting, renewable resources such as sunlight, wind, and water are abundant
and inexhaustible. Reliable Energy Systems
Renewable energy
technologies have advanced significantly, making them reliable alternatives to
traditional fossil fuels. Efficient and resilient renewable energy systems can
create a stable energy supply, less prone to market shocks and disruptions.
Switching to
renewable energy is essential for addressing climate change, improving public
health, and ensuring sustainable economic growth. By reducing greenhouse gas
emissions, lowering energy costs, creating jobs, and enhancing energy security,
renewable energy offers a pathway to a healthier, more livable planet.
Sumber : switchenergyuk.net/why-should-we-switch-to-renewable-energy/
Tidak ada komentar:
Posting Komentar