Minggu, 22 September 2019

Budaya Pecel Madiun

Lumpang batu alat tumbuk tempo dulu

Pecel

Pecel istilah ini cukup akrab terdengar ditelinga masyarakat yang tinggal di pulau jawa, walau kata ini sebenarnya adalah kata kerja yang mempunyai kesamaan makna dengan "tumbuk" atau "ndeplog" namun saat ini kata pecel cenderung merujuk pada sebuah jenis makanan. Banyak jenis makanan dengan menggunakan kata pecel, misalnya pecel pitik, pecel lele, pecel pincuk, lonthong pecel, krupuk pecel, nasi pecel dll. Jadi makanan pecel bisa ditemukan di pelosok desa dan kota di sepanjang pulau jawa. Pada umumnya kuliner pecel adalah sayuran yang di campur dengan bumbu yang berbahan dasar kacang, beda dengan pecel lele yang merujuk pada proses penyajian lele goreng yang di "tumbuk" pelan pakai uleg agar lebih empuk kemudian dicampur bumbu sambal dan lalapan.

Ada ungkapan "desa mawa cara, negara mawa tata" yang artinya menyesuaikan dengan kebiasaan serta budaya lokal, bumbu pecel mempunyai ke khas an yang berbeda pada masing-masing daerah, misalnya untuk pecel madiun khas sambel kacangnya ditambah asam kawak dengan rasa asin pedes manis yang cukup seimbang, pecel magetan dengan sentuhan khas bumbu kencur cenderung manis, pecel malang dan surabaya dengan sentuhan khas bumbu petis dan pecel-pecel daerah lainnya yang tentunya mempunyai ke khas an tersendiri baik bumbu kacangnya maupun lauk tambahanya seperti rempeyek udang,tempe mendoan, heci,lentho, tahu, dendeng ragi, ampela ati dan lain-lainnya. Dari bermacam pecel khas di nusantara mungkin hanya beberapa kota yang telah  menjadi sebuah brand kuliner andalan daerah diantaranya pecel Madiun. 

Pecel Madiun, salah satu pecel yang cukup populer dengan bumbu dengan cita rasa khas pedes,asin,manis lembut yang cukup seimbang. Sentuhan sayur khas Madiun yaitu sayuran/kulupan "kembang turi" , daun kenikir, daun pepaya, kembang kates, lalapan daun kemangi, lamtoro dan lainnya. Tambahan lauk rempeyek kacang atau ebi, ragi, sundukan, empal serta telor ceplok, kuliner ini sangat enak dan pas di nikmati di pagi hari bersama secangkir kopi serta di malam hari dengan teh jahe anget. Penyajian khas nasi pecel madiun juga cukup unik yaitu dengan daun pisang dipincuk yang ditempatkan pada wadah anyaman bambu , ini tentunya menambah nilai ramah lingkungan serta mempunyai nilai artistik tersendiri. Fenomena back to nature pun melanda penikmat kuliner  ini, keinginan untuk bernostalgia pada tahun 80 an muncul, dikala muda makan nasi pecel sederhana ala pedesaan dengan bungkus seadanya yaitu, daun jati "dongjati" atau daun ploso. Maka tidak heran jika sekarang banyak bermunculan warung nasi pecel gaya jadul th 80 an, yaitu "pecel godong jati".
Sejak perkembangan media informasi yang sangat pesat di era milenium, rasan-rasan kritik opini tentang nasi pecel mana yang paling uenak, lauknya ini itu dsb,  turut melahirkan serta melambungkan warung-warung pecel di Kota Madiun, walaupun ada beberapa warung pecel legendaris yang tidak kebagian era internet dunia maya dalam genggaman ini, contohnya warung pecel mbah Wongso, oro-oro Ombo, warung pecel yu Sum dekat Padepokan Merpati Putih dan masih banyak tentunya. Sedangkan juga ada warung menjadi legendaris karena langganan pejabat, misal Warung pecel "99" langganan Bapak SBY dan keluarga. Serta banyak warung legendaris tiga zaman yang masih eksis yaitu Warung pecel Yu Gembrot pasar Njoyo dan Warung nasi pecel Wir Kabul jl. Cokroaminoto.

Saat ini warung nasi pecel populer cukup melimpah 24 jam non stop yaitu : Warung Nasi pecel mBedeng barat PG Redjoagung, pecel Mbak Yayuk, pecel Mbok Wo dekat Carrefour, pecel Yu Dami Jl. Slamet riyadi, pecel Yu Tami Jl. Diponegoro, pecel mbak Har depan SMA 1, pecel Stasiun, pecel pojok, pecel sri tanjung, pecel Wiryo, pecel bu mandung  jl. Cokroaminoto, pecel Edi Sleko, Pecel Podang, pecel Rahayu jl. Agus Salim,pecel Yu Parti Magetan, pecel Yu Jum Sogaten ada beberapa yang khusus industri rumahan pembuatan sambal pecel yang telah di kemas dan siap kirim ke seluruh penjuru negeri misalnya sambel pecel Jeruk purut jl. Delima. 

Jejak Historis Pecel

Tentang masakan kuno telah ditelusuri dalam tulisan / inskripsi dari manuskrip msupun prasasti yang ada diantaranya :
1. Serat Centini menceritakan abad 17 menyebut "Kue Clorot -Apem -Semar Mendem -Kue putu mayang -kue coro bikang -kue rangin -mendut -Gempol Pleret -Kue Manco -Kue Gemblong -Cucur -Lepet -Besengek Tempe -Jadah -Wajik -Srabi -Balendrang -Jajan Pasar -Gudeg -Ketan Kolak Apem -Sayur Bobor -Sayur Menir -Opor Bebek -Tape -Brem -Kue Koci -Sekul Gaga -Timus -Pecel Iso -Sega Liwet -Rujak -Jenang -Dhawet -Tumpeng -Pisang Ayu" 
2. Prasasti Rukam - Mataram Hindu,829 Saka /907 M Klaten Jateng, menyebut "kuluban"
3. Prasasti Pangumulan A, Mataram Hindu 824 Saka /902 M menyebut "lalab", "grih/gereh", "dendain/dendeng"
4. Prasasti Taji,901 M Ponorogo menyebut "Rawon/Rarawwan,Kerupuk/Kurupuk, Rujak /Rurujak
Maka berdasar nama-nama kuliner yang tertera dalam prasasti kuno tersebut, apakah bahan, rasa dan penyajiannya hampir sama dengan saat ini yang tentunya sulit untuk di buktikan. "Pecel" dan beberapa makanan pendukung nya telah terbukti tertulis dalam manuskrip kuno sebagai makanan tua / jadul yang tentunya melegenda. (Disarikan dari Fb. Irwan irawan)
Pecel tenda biru madiun
Pecel adalah Budaya

Budaya adalah sebuah hasil cipta, rasa, karsa dan usaha masyarakat dalam memenuhi kebutuhan dalam lingkungan kehidupannya  yang tidak sama dan disamakan dengan lainnya. Maka nasi pecel khas adalah budaya masyarakat madiun yang wajib dan harus di lestarikan dan di kembangkan untuk memenuhi kebutuhan masyarakat madiun sendiri. Semestinya tidak hanya nasi pecel , variasi ke khasan gaya kuliner madiunan ada tepo pecel, lonthong sayur, tahu kecap, ayam geprek, ayam penyet, nasi sambel tumpang, nasi tumpeng dll, semuanya masih menggunakan unsur pecel, adalah produk budaya yang perlu kita sadari semuanya bahwa semua itu cocok, pas, sesuai dengan lidah dan perut kita sebagai warga masyarakat yang mewarisi tradisi budaya dari nenek moyang. 

Dalam proses pembuatannya pun, bumbu sambel pecel sudah seharusnya dipatenkan sebagai cagar budaya non bendawi dimana bagaimana memperlakukan kacang, memilih bahan dan sebagainya. Sedangkan untuk peralatannya pun jikalau kita bayangkan pada era klasik atau zaman kerajaan yang banyak memanfaatkan bahan dari batu, kayu, tembikar,  sedikit dari unsur logam, tidak heran diwilayah madiun dan sekitar banyak di temukan lumpang-lumpang batu, watu lesung, watu dakon dan gerabah-gerabah kuno yang merupakan alat-alat rumah tangga zaman dahulu.

Namun sebuah fenomena milenial dimana banyak generasi muda tidak menyadari hal tersebut, justru banyak gandrung dengan makanan ala orang bule, korea dan japan, tidak heran jika yang namanya warung Ayam tepungan selalu ramai uyel-uyelan sedang warung nasi pecel tenda biru tetep sepi. (Widodogb)

1 komentar: