Rabu, 10 Februari 2016

Sejarah Terbentuknya Tentara Genie Pelajar (TGP)


Terbentuknya Tentara Genie Pelajar (TGP) pada tanggal 3 September 1945 Surabaya sejak diproklamasikan pemerintahan Republik Indonesia 17 Agustus 1945. Atas anjuran Dul Arnowo selaku ketua KNI (Komite Nasional Indonesia / Red: Dewan Perwakilan ) Surabaya maka beberapa orang pelajar yang mewakili sekolahnya masing-masing dan kemudian mengadakan rapat, yang akhirnya berhasil  membentuk pasukan pelajar, yang disebut Staf :
Staf I      : Gabungan pelajar SMT Darmo 49
Staf II    : Gabungan pelajar SMTT dan ST Sawahan
Staf III   : Gabungan SMP Ketabang dan SMP Praban
Staf IV   : Gabungan pelajar sekolah lainnya

Pasukan pelajar staf tersebut terbentuk kira-kira pada  akhir bulan September 1945
BKR Pelajar Staf II, mempunyai perkembangan sendiri, mereka adalah kelompok pelajar SMTT dan ST yang tetap bertahan pada pasukan staf II atau BKR staf VI. Kelompok ini kemudian menggabungkan diri pada Dinas Genie Pertahanan Surabaya. Sejak itu Kesatuan Pelajar tersebut berubah nama menjadi BKR Pelajar Dinas Genie Pertahanan Surabaya atau Pasukan STS BKR Pelajar Dinas Genie Pertahanan Surabaya atau Pasukan STS. Inilah yang dianggap sebagai embrio dari Tentara Genie Pelajar (TGP) yang dibentuk di Malang pada tanggal 2 Februari 1947.
Sesuai SK Menhankam No. Kep./04/III/1995 Tentara Genie Pelajar (TGP) disamakan dengan BKR termasuk cikal bakal Tentara Nasional Indonesia.

Pembentukan Tentara Genie Pelajar (TGP) berawal saat 14 Oktober 1946, dalam suasana gencatan senjata dan status quo, di rintis upaya perundingan RI-Belanda yang menghasilkan perjanjian Linggarjati. Selama itu diberlakukan suatu keadaan gencatan senjata dari kedua belah pihak. Dengan tidak adanya lagi tugas-tugas operasional pembelaan negara, maka para pelajar pejuang bersenjata menarik diri dari medan pertempuran untuk belajar kembali menekuni pendidikan di sekolah. Disusul kemudian ada pengumuman dari sekolah bahwa STN/SMTT akan dibuka kembali di Lawang, Malang, Blitar dan Kediri. Khususnya bagi murid kelas III STN/SMTT akan dibuka di Lawang dan diasramakan di Jalan Sumberwaras Lawang. Di Lawang kurang lebih 5 bulan ada kenaikan kelas, kemudian sekolah dipindah lagi ke Kota Malang yang untuk sementara waktu masih menumpang di gedung Katholik Corjesu (sekarang berada di depan Rumah Sakit Umum Celaket Malang).

Tidak berapa lama, sekolah dipindah lagi ke SMP Kristen di Jalan Semeru No. 42 Malang. Di sinilah tempat kelahiran kesatuan Tentara Genie Pelajar (TGP) di bawah pimpinan Soenarto terbentuk, tepatnya pada tanggal 2 Februari 1947. Semboyan TGP saat itu Berjuang Sambil Belajar. Ide mendirikan TGP oleh sekelompok pelajar pejuang SMTT sebenarnya sudah ada sejak di asrama Sumberwaras Lawang sampai di mess Jalan Ringgit Malang. Peristiwa ini sekaligus juga dimanfaatkan untuk pendaftaran bagi yang berminat menjadi anggota pasukan pelajar pejuang yang baru, Tentara Genie pelajar. Pembentukan satuan baru ini diawali dengan acara pendidikan dan latihan, baik dalam dasar-dasar militer sekaligus juga spesialisasi tugas genie. Pelatihan itu diselenggarakan selama dua minggu di Kesatrian, Rampal, Kota Malang. Bersamaan dengan itu juga dilakukan aksi anjuran untuk membentuk satuan TGP dan bergabung dengan TGP Malang. Sedangkan latihan dasar kemiliteran dilatih oleh para pelatih dari Sekolah Kadet Angkatan Laut Malang. Batalyon TGP terbagi menjadi 4 Kompi yaitu Kompi I berada di Malang, Blitar dan Pare (Kediri), Kompi II berada di Madiun, Bojonegoro dan Pati, Kompi III berada di Solo, dan Kompi IV berada di Yogyakarta.
HvM mengunjungi Monumen TGP, Jl. TGP Kota Madiun
Tentara Genie Pelajar (TGP) Kompi II  Madiun, Bojonegoro dan Pati
Di Bojonegoro , atas inisiatif dari pemuda Roesnin dan DBH.Joewono yang anggotanya dari para pelajar SMP dan SMT baik berasal dari Ex. Anggota kader Barisan Pelajar maupun dari sekolah-sekolah lainnya, yang kemudian terhimpun dalam satu markas Front Pelajar Bagian Genie /Zeni Bojonegoro di gedung ex. Sekolah Kepandaian Putri (SKP Negeri ), Roesnin sebagai pimpinan yang Desember 1947 melanjutkan sekolah ke Yogyakarta diganti Soejitno pelajar SMT Bojonegoro.anggota TGP dalam markas itu belum banyak kurang lebih 20 anggota, yang memproduksi Brandfessen (botol-botol pembakar) yaitu alat bakar untuk bumi hangus.
Pada Januari 1948 Sdr. Dandy Kadarsan dan Sdr. Slametono dari TGP Pusat Malang datang meresmikan Front Bagian Genie menjadi Tentara Genie Pelajar Detasemen V seksi 501 atau seksi “B” Bojonegoro. Anggota TGP Bojonegoro yang jumlahnya sudah bertambah menjadi 36 , ikut aktif dalam operasi militer dan bergabung dengan Brigade “Ronggolawe” Pimpinan Let. Kol. TNI Soedirman. Dalam agresi Militer Belanda II TGP Bojonegoro mendapat tugas penghancuran jembatan-jembatan untuk menghadang tentara Belanda. Selesai penghancuran jembatan Pasukan TGP beralih tugas sebagai pasukan tempur.

Di Madiun, Setelah peristiwa PKI / Muso 1948 di Madiun, disusul Agresi militer Belanda II, dalam rangka mempertahankan kemerdekaan RI, para senior TGP membuka pendaftaran bagi para pemuda untuk ikut bergerilya bergabung dalam Tentara Genie Pelajar melawan agresi militer Belanda, pendaftaran dilaksanakan di gedung  Sekolah Teknik (ST) depan Markas Mobrig Kletak, Madiun. (sekarang SMP Negeri 12 Madiun), pada saat itu terkumpul 98 anggota TGP dan dibentuk kompi 2 wilayah Madiun. Saat awal kedatangan Belanda pasukan TGP sudah kehilangan 2 anggotanya yaitu, saudara Heru Muljono dan Agus Suwarno anak Jl. Pandan dan Jl. Kalimantan yaitu saat ditugaskan meledakan Kantor Telpon  di berondong serdadu Belanda, kemudian yang mengharukan gugurnya Pemuda Bagyo dan Saparno, teman karib sejak kecil dari Njuritan Madiun, berdua gugur saat memasang ranjau di jalan raya Saradan dekat SMP 2 Saradan sekarang. Tubuh mas bagyo saparno hancur hingga dijadikan satu dimakamkan di TMP Madiun. Dalam 1 tahun perjuangan Pasukan TGP kompi 2 Madiun harus merelakan 28 pejuang yang gugur di medan laga.

Daftar Anggota TGP Kompi II yang Gugur di pertempuran

No
Nama
Tempat Gugur
Tanggal Gugur
1
Agus Suwarno
Madiun
25-12-1948
2
Heru Muljono
Madiun
25-12-1948
3
Muljadi
Madiun
26-12-1948
4
Wandojo
Kwadungan, Ngawi
31-12-1948
5
Kusminhat
Ngawi
2-1-1949
6`
Sugiman
Slaung, Ponorogo
8-1-1949
7
Kresno
Kayang, Dolopo
16-2-1949
8
Dwisodo Jatono
Kedungprau, Ngawi
21-2-1949
9
Sentot Santoso
Kedungprau, Ngawi
21-2-1949
10
Sumantri
Kedungprau, Ngawi
21-2-1949
11
Sutopo C
Kedungprau, Ngawi
21-2-1949
12
Kuswadi
Sambiroto, Nganjuk
22-2-1949
13
Wakiran Woerjanto
Beran, Nganjuk
12-3-1949
14
Sukatminaris
Walikukun
10-5-1949
15
Sudarmadi
Sukolilo , Pati
-2-1949
16
Singgih
Tegal wero ,Pati
22-3-1949
17
Rachmad
Pucakwangi, Pati
12-5-1949
18
Ismukandar
Pucakwangi, Pati
12-5-1949
19
Moch Chafit
Pucakwangi, Pati
12-5-1949
20
Burhan
Pucakwangi, Pati
12-5-1949
21
Buntaran
Pucakwangi, Pati
12-5-1949
22
Tekek Sudarsono
Pucakwangi, Pati
12-5-1949
23
Kamil Sedijadi
Gebangayu
20-6-1949
24
Moch Dakir
Kendal, Ngawi
7-7-1949
25
Saparno
Saradan
14-7-1949
26
Subagyo
Saradan
14-7-1949
27
Sudajat
Kedung Glagah
7-8-1949
28
Suwadi
Kedung Glagah
7-8-1949

Sumber :
Buku Ex TGP Brigade 17 seksi B-Bojonegoro Kompi II Syiwa, Tahun 1997
Buku Panduan Musyawarah Besar IKB Ex Tentara Genie Pelajar Brigade 17, Tahun 1995
http://ngalam.id/read/3853/perjuangan-tentara-genie-pelajar-tgp-di-malang

http://satriotomo-gombal.blogspot.co.id/2014/09/menelusuri-kisah-pejuang-trip-tgp.html

Selasa, 09 Februari 2016

Dari Brigade Tempur Ke Brigade Pembangunan


Yayasan Pendidikan “Tujuh Belas”
Dari Brigade Tempur Ke Brigade Pembangunan

Yayasan Pendidikan “Tujuh Belas” merupakan sebuah lembaga pendidikan swasta dimaksudkan sebagai monumen hidup oleh dan dari warga bekas pasukan Tentara Pelajar Ex. Brigade 17, sebagai salah satu sarana guna kelanjutan perjuangan ex Brigade 17 sesudah selesai menunaikan tugas perjuangan merebut kemerdekaan Bangsa.
Yayasan Pendidikan “Tujuh Belas” sudah dirintis berdirinya sejak tahun 1954 dengan sekolah-sekolahnya mulai Taman Kanak-kanak sampai dengan Akademi telah memberikan kesempatan belajar bagi anak-anak dan pemuda terutama dari masyarakat di desa-desa yang dahulu telah memberikan dukungan maupun bantuan ikhlas bagi perjuangan ex Brigade 17 sebagai perwujudan balas budi serta memberi pelayanan khusus bagi putra-putri warga ex Brigade 17 dan veteran pejuang kemerdekaan RI yang kurang mampu dengan keringanan-keringanan dan pembebasan biaya sekolah. Maka dengan kesadaran dan sengaja lokasi sekolah-sekolah Yayasan Pendidikan “Tujuh Belas” sebagian besar ditetapkan di desa-desa diluar kota besar. Demikian penjelasan singkat ketua umum Yayasan Pendidikan “Tujuh Belas”  Bapak Drs. Anwar Rasjid, BcHk dalam sebuah pengantar buku Yayasan Pendidikan “Tujuh Belas” tahun 1980.

Sejarah Yayasan Pendidikan “Tujuh Belas”
Lahirnya Yayasan Pendidikan “Tujuh Belas” tidak lepas dari pembubaran pasukan pemuda pelajar, yang pembentukannya pada tahun1945 telah dirintis oleh para pemuda pelajar yang tergabung dalam IPI (ikatan Pelajar Indonesia). Pada tanggal 1 April 1950 seluruh pasukan pelajar yaitu Tentara Republik Indonesia Pelajar (TRIP), Tentara Genie Pelajar (TGP), Tentara  Pelajar (TP) yang tergabung dalam Brigade 17 di demobilisasikan dan seluruh anggotannya dikembalikan ke masyarakat serta sebagian besar kembali ke bangku sekolah sampai melanjutkan ke Perguruan Tinggi, sebagian terbesar di Yogyakarta. Sebagai kelanjutan demobilisasi TP Be. 17 tersebut , sebagai bentuk kelanjutan persatuan wargadengan identitas dan idealism perjuangannya, pada tahun 1952 diselenggarakan konggres bekas TP Detasemen III Brigade 17 di Yogyakarta dan melahirkan Organisasi Keluarga Bekas Tentara Pelajar (KBTP) dengan program perjuangan kemmasyarakatan dalam kelanjutan perjuangan mengisi kemerdekaan. Sebagai salah satu program , maka pada tahun 1954 oleh para warga KBTP di Yogyakarta diselenggarakan adanya sekolah yaitu SMA dan SGA dengan pengajar para warga yang pada waktu itu sebagai mahasiswa di berbagai fakultas, dengan nama sekolah SMA “Garuda” dan SGA “Garuda” dan nama ini diambil dari nama kompi II Det. III Be. 17 (kompi Garuda)’

Setelah itu pada tahun 1956 telah pula didirikan SMP yang diselenggarakan oleh organisasi Petema (Pengerahan Tenaga Mahasiswa) yang juga dipelopori oleh para Ex. TP mahasiswa Universitas Gajah Mada di Yogyakarta.
Setelah adanya 2 kegiatan tersebut , maka dirasa perlu adanya wadah perjuangan yang lebih mampu memadukan, menampung dan meningkatkan lagi aspirasi dan prestasi kemasyarakatan yang ingin dicapai.maka ditetapkanlah sebuah kelembagaan yang permanen dan lahirlah Yayasan Pendidikan “Tujuh Belas” pada tanggal 17 September 1957 di Yogyakarta, suatu lembaga pendidikan sebagai manifestasi, bentuk maupun sarana dan arena kelanjutan perjuangan warga ex Brigade 17 guna pengabdiannya bagi pembangunan bangsa. Serta pada tahun berikutnya dilaksanakan pengembangan  Yayasan Pendidikan “Tujuh Belas” di daerah Jawa Tengah, Jawa Timur dan Jawa Barat.

Semboyan          : DARI BRIGADE TEMPUR KE BRIGADE PEMBANGUNAN
Motto                   : PRO PATRIA

Kedudukan Yayasan Pendidikan “Tujuh Belas”
Yayasan Pendidikan “Tujuh Belas” merupakan Lembaga Pendidikan Swasta Swadaya para pelajar pejuang Ex Brigade 17, dengan sekolah-sekolah dibawah naungannya yang berstatus “Berbantuan Pemerintah” menurut Surat Keputusan Menteri P.P dan K Nomor: 24001/BL tanggal 20 Agustus 1963. Sekarang menyelenggarakan sekolah dari TK sampai dengan Akademi dan lembaga kursus dengan beberapa sekolah telah berstatus  subsidi pemerintah. Pada tahap awal  dari sekolah-sekolah ini semua tenaga pengajar terdiri dari warga ex. Brigade 17 , dengan status guru Negeri diperbantukan.

Landasan dan Sistem Pedidikan Yayasan Pendidikan “Tujuh Belas”
  1. Yayasan Pendidikan “Tujuh Belas” mendasarkan perjuangan serta pengabdiannya pada doktrin serta nilai-nilai proklamasi 17 Agustus 1945 dengan landasan moral ideal Pancasila sebagai Falsafah Bangsa.
  2. Yayasan Pendidikan “Tujuh Belas” melalui predikat namannya berpegang pada angka 17, mengandung makna  selalu akan konsekwen berpegang teguh pada rasa solidaritas Korp  Brigade 17 serta mempertumbuhkan  terus tradisi spirit maupun semangat patriotisme Tentara Pelajar Brigade 17 pada masa perjuangan kemerdekaan.
  3. Yayasan Pendidikan “Tujuh Belas” melaksanakan penyelenggaraan pendidikan dan pengajaran berdasarkan sistem Pendidikan Nasional Pancasila dengan TRI DHARMA UPAYA, suatu sistem pendidikan dan pengajaran untuk mengantarkan anak didik melalui suatu kejiwaan cipta, rasa, karsa bertujuan menumbuhkan dan membentuk manusia Indonesia yang berwatak, berilmu serta berketrampilan dengan penerapan sikap asih, asah, asuh terhadap anak didik.

Tujuan Pendidikan Yayasan Pendidikan “Tujuh Belas”
  1. Menumbuhkan dan membentuk manusia Indonesia yang memiliki kepribadian dan watak dengan idealism kebangsaan Pancasila berikut kemantapan keimanannya terhadap ke-Tuhanan YME dan sanggup berjuan membela kemerdekaan Bangsa dan Negara Indonesia.
  2. Menghasilkan tenaga yang memiliki ilmu, cakap dan berketrampilan untuk berkarya dengan kesediaan pengabdiannya guna pembangunan Bangsa dan Negara Indonesia.
  3. Ikut serta membantu penyelenggaraan Program Nasional di bidang pendidikan guna pembangunan sebagai kelanjutan perjuangan kemerdekaan Bangsa dan Negara Indonesia
                Dikutip dari : Buku Yayasan Pendidikan “tujuh Belas”
                diterbitkan oleh Bagian Humas Yayasan “Tujuh Belas” Tahun 1980
SMK YP 17-1 Madiun
SMK YP 17-1 Madiun
Perkembangan Yayasan Pendidikan  "17" di Madiun
Sejak lahirnya Yayasan Pendidikan “Tujuh Belas” pada tanggal 17 September 1957 di Yogyakarta, penyelenggaraan sekolah Yayasan Pendidikan "Tujuh Belas" di Madiun diawali berdirinya SMP "Tujuh Belas" sekitar tahun 1959 kemudian berdiri STM "Tujuh Belas" di Jl. Merapi Kota Madiun dengan kepala sekolah 
1. Bapak Sudarno
2. Bapak Sudarmoyo 
3. Bapak Eddy Sarjono, BA
4. Bapak Drs. Surjanto Budiwalujo, M.Pd, M.MPd
5. Bapak Drs. Samiadi 
6. Bapak Imam Rahman Ramli, S.Pd sampai dengan sekarang yang menempati gedung sekolah sendiri di Jl. Gajah Mada No. 25 dengan nama SMK YP 17-1 Madiun.
Pada tahun 80-an juga berdiri SMA "Tujuh Belas" dan SMPS "Tujuh Belas" sekarang menjadi SMK YP 17-2 Madiun yang menempati gedung sendiri di Jl. Ringroad Barat Kota Madiun.

Sekolah Perintis Berdirinya Yayasan Pendidikan “Tujuh Belas”
No
Daerah
Sekolah
Berdiri
Kasek
Penanggung jawab
1.
2.
3.
D.I. Yogyakarta
SMA Garuda
SGA Garuda
SMP Yogyakarta
1954
1954
1956
R.M. Ismandji K
Bambang Suroto
Sakri Sambodja
Anwar Rasjid (Ketua umum KBTP)
Sutopo(Ketua PETEMA)
Mulyono (Kuasa YP 17)

Sekolah Yayasan Pendidikan “Tujuh Belas” Daerah Jawa Timur
No
Nama Sekolah
Th. Berdiri
tempat
Jml siswa
Jml kelas
Jml/status Guru
Jml Kwalf.guru
Waktu sekolah
Ujian
Hasil Ujian (%)
Gedung
Tanah
Kasek
negeri
subsidi
honor
Ex. Be.17
umum
Remaja penerus
1
SMP Tujuh Belas
1974
Gresik
209
6
1
-
10
-
-
11
Siang
sendiri
92
Sewa
-
Soemarjani
2
SMP Tujuh Belas
1964
Nglegok
528
10
1
-
19
2
10
8
Pagi
Sendiri
94
Milik
Milik
Slamet Sucipto
3
SMP Tujuh Belas
1978
Pare
140
4
1
-
11
-
5
6
Siang
-
-
Sewa
-
Suyati
4
SMP Tujuh Belas
1976
Surabaya
371
6
-
-
22
7
10
5
Pagi
Sendiri
90
Milik
Hak pakai
Toewoeh Soetomo
5
SMA Tujuh Belas
1959
Malang
127
4
3
-
16
3
14
2
Siang
Sendiri
93,5
Pinjam
-
Sasono Hadipranoto
6
SMA Tujuh Belas
1959
Blitar
198
5
2
-
22
2
17
5
Siang
Sendiri
90
Sewa
-
Slamet Sucipto
7
STM Tujuh Belas
1966
Malang
99
3
-
-
23
5
11
7
Pagi
Sendiri
90,4
Sewa
-
Suparlim, BA
8
STM Tujuh Belas
1964
Madiun
496
11
4
-
38
5
34
3
Pagi
Sendiri
96,3
Milik
Milik
Eddy Sarjono, BA
9
STM Tujuh Belas
1971
Tl. Agung
201
4
-
-
21
3
14
4
Pagi
Sendiri
95
Milik
Sewa
Suripto Ariwi
10
STM Tujuh Belas
1965
Lumajang
435
13
-
-
31
-
-
31
Pagi
Sendiri
92
Milik
Sewa
Kabul Suharman
11
STM Tujuh Belas
1974
Jember
129
4
-
-
15
-
-
15
Sore
Digabung
80
Pinjam
-
Ruhito
12
SMEA Tujuh Belas
1969
Pare
399
10
-
-
20
1
29
-
Siang
Sendiri
98
Pinjam
-
Kardjono,BA
13
SMEA Tujuh Belas
1964
Ponorogo
280
6
3
-
16
1
9
9
Siang
Sendiri
96
Sewa
-
Hinarto, BA
14
SMEA Tujuh Belas
1964
Selorejo
247
6
-
-
17
2
8
7
Siang
Sendiri
98
Milik
Milik
E. Gatot BA
15
SPG Tujuh Belas
1965
Selorejo
232
6
-
-
20
1
15
4
Pagi
Sendiri
81
Milik
Milik
E. Gatot BA
16
SMP Tujuh Belas
1959
Selorejo
816
16
2
-
19
2
-
19
Pagi
Sendiri
99
Milik
Milik
E. Gatot BA