Cakep Pinter Keroncong.
yang gini bisa buat teladan bagi para generasi muda Indonesia. cinta budaya sendiri.
yang gini bisa buat teladan bagi para generasi muda Indonesia. cinta budaya sendiri.
Keroncong langgam asli Madiun
Download disini : Langgam yen ing tawang ono lintang Mp4.cakep pinter keroncong
Bowo : yen ing tawang ana lintang
Yen ing tawang ana lintang
Wong bagus/wong ayu aku ngenteni
Marang mega ing angkasa
Sun takon wartane reki
Janji-jani ku eling
Sumedot rasaning tyas ingsun
Nimas ingsun prasapa
Sineksenan bumi langit
Tangising tyas ngenteni padang rembulan
yen ing tawang ana lintang
Yen ing tawang ana lintang, wong bagus/wong ayu
Aku ngenteni tekamu
Marang mega ing angkasa, kangmas/nimas
Sun takokne pawartamu
Janji-jani aku eling, wong bagus
Sumedot rasane ati
Lintang-lintang ngiwi-ngiwi, kangmas/nimas
Tresnaku sundul wiyati
Dek semana janjimu disekseni
Mega kartika ka iring rasa
tresna asih
Yen ing tawang ana lintang wong bagus/wong ayu
Rungokno tangising ati
Binarung swarane ratri kangmas/nimas
Ngenteni wulan ndadari
Download here.....
Keroncong Tanah airku, keroncong Madiun
Download here.....
Keroncong Tanah airku, keroncong Madiun
Kr. TANAH AIRKU
Mendalam Lembah Curam
Di sela gunung meninggi
Suatu pemandangan
Tanah Airku Indonesia Elok Adil
Sungai-Sungai mengalir berliku
Melalui hutan yang menghijau
Menuju kelaut biru
Serta padi beralun mendesah
Dihembus angin nan menderu
Indah Tanah Airku
Indonesia Raya
Pujaan Bangsaku
Tanah airku yang kaya raya
Dengan Pemandangan Alamnya
Asal-usul Keroncong
Asal-usul Keroncong
Akar keroncong berasal dari sejenis musik Portugis yang
dikenal sebagai fado yang diperkenalkan oleh para
pelaut dan budak
kapal niaga bangsa itu sejak abad ke-16 ke Nusantara.
Dari daratan India
(Goa) masuklah musik
ini pertama kali di Malaka dan kemudian dimainkan oleh para budak dari Maluku. Melemahnya
pengaruh Portugis pada abad ke-17 di Nusantara tidak dengan serta-merta berarti
hilang pula musik ini. Bentuk awal musik ini disebut moresco (sebuah
tarian asal Spanyol, seperti polka agak lamban ritmenya), di mana salah satu
lagu oleh Kusbini disusun kembali kini dikenal dengan nama Kr. Muritsku, yang
diiringi oleh alat musik dawai. Musik keroncong yang berasal dari Tugu disebut keroncong
Tugu. Dalam perkembangannya, masuk sejumlah unsur tradisional Nusantara,
seperti penggunaan seruling serta beberapa komponen gamelan. Pada
sekitar abad ke-19 bentuk musik campuran ini sudah populer di banyak tempat di
Nusantara, bahkan hingga ke Semenanjung Malaya. Masa keemasan ini berlanjut
hingga sekitar tahun 1960-an, dan kemudian meredup akibat masuknya gelombang
musik populer (musik rock
yang berkembang sejak 1950, dan berjayanya musik Beatle dan sejenisnya sejak tahun
1961 hingga sekarang). Meskipun demikian, musik keroncong masih tetap dimainkan
dan dinikmati oleh berbagai lapisan masyarakat di Indonesia dan Malaysia hingga
sekarang.
Alat-alat musik
Dalam bentuknya yang paling awal, moresco diiringi oleh
musik dawai, seperti biola,
ukulele, serta
selo. Perkusi juga
kadang-kadang dipakai. Set orkes semacam ini masih dipakai oleh keroncong Tugu,
bentuk keroncong yang masih dimainkan oleh komunitas keturunan budak Portugis
dari Ambon yang
tinggal di Kampung Tugu, Jakarta Utara, yang kemudian berkembang ke arah
selatan di Kemayoran dan Gambir oleh orang Betawi berbaur dengan musik Tanjidor
(tahun 1880-1920). Tahun 1920-1960 pusat perkembangan pindah ke Solo, dan beradaptasi
dengan irama yang lebih lambat sesuai sifat orang Jawa.
Pem-"pribumi"-an keroncong menjadikannya seni
campuran, dengan alat-alat musik seperti
Saat ini, alat musik yang dipakai dalam orkes keroncong
mencakup
- ukulele cuk, berdawai 3 (nilon), urutan nadanya adalah G, B dan E; sebagai alat musik utama yang menyuarakan crong - crong sehingga disebut keroncong (ditemukan tahun 1879 di Hawai, dan merupakan awal tonggak mulainya musik keroncong)
- ukulele cak, berdawai 4 (baja), urutan nadanya A, D, Fis, dan B. Jadi ketika alat musik lainnya memainkan tangga nada C, cak bermain pada tangga nada F (dikenal dengan sebutan in F);
- gitar akustik sebagai gitar melodi, dimainkan dengan gaya kontrapuntis (anti melodi);
- biola (menggantikan Rebab); sejak dibuat oleh Amati atau Stradivarius dari Cremona Itali sekitar tahun 1600 tidak pernah berubah modelnya hingga sekarang;
- flute (mengantikan Suling Bambu), pada Era Tempo Doeloe memakai Suling Albert (suling kayu hitam dengan lubang dan klep, suara agak patah-patah, contoh orkes Lief Java), sedangkan pada Era Keroncong Abadi telah memakai Suling Bohm (suling metal semua dengan klep, suara lebih halus dengan ornamen nada yang indah, contoh flutis Sunarno dari Solo atau Beny Waluyo dari Jakarta);
- selo; betot menggantikan kendang, juga tidak pernah berubah sejak dibuat oleh Amati dan Stradivarius dari Cremona Itali 1600, hanya saja dalam keroncong dimainkan secara khas dipetik/pizzicato;
- kontrabas (menggantikan Gong), juga bas yang dipetik, tidak pernah berubah sejak Amati dan Stradivarius dari Cremona Itali 1600 membuatnya;
Penjaga irama dipegang oleh ukulele dan bas. Gitar yang
kontrapuntis dan selo yang ritmis mengatur peralihan akord. Biola
berfungsi sebagai penuntun melodi, sekaligus hiasan/ornamen bawah. Flut mengisi
hiasan atas, yang melayang-layang mengisi ruang melodi yang kosong.
Bentuk keroncong yang dicampur dengan musik
populer sekarang menggunakan organ tunggal serta synthesizer untuk
mengiringi lagu keroncong (di pentas pesta organ tunggal yang serba bisa main
keroncong, dangdut, rock, polka, mars).
Jenis keroncong
Musik keroncong lebih condong pada progresi akord dan jenis alat
yang digunakan. Sejak pertengahan abad ke-20 telah dikenal paling tidak tiga
macam keroncong, yang dapat dikenali dari pola progresi akordnya. Bagi
pemusik yang sudah memahami alurnya, mengiringi lagu-lagu keroncong sebenarnya
tidaklah susah, sebab cukup menyesuaikan pola yang berlaku. Pengembangan
dilakukan dengan menjaga konsistensi pola tersebut. Selain itu, terdapat pula
bentuk-bentuk campuran serta adaptasi.
Perkembangan keroncong masa kini
Setelah mengalami evolusi yang panjang sejak kedatangan
orang Portugis di Indonesia (1522) dan pemukiman para budak di daerah Kampung
Tugu tahun 1661 [1],
dan ini merupakan masa evolusi awal musik keroncong yang panjang (1661-1880),
hampir dua abad lamanya, namun belum memperlihatkan identitas keroncong yang
sebenarnya dengan suara crong-crong-crong, sehingga boleh dikatakan musik
keroncong belum lahir tahun 1661-1880.
Dan akhirnya musik keroncong mengalami masa evolusi
pendek terakhir sejak tahun 1880 hingga kini, dengan tiga tahap
perkembangan terakhir yang sudah berlangsung dan satu perkiraan perkembangan
baru (keroncong millenium). Tonggak awal adalah pada tahun 1879 [2],
di saat penemuan ukulele
di Hawai [3]
yang segera menjadi alat musik utama dalam keroncong (suara ukulele: crong-crong-crong),
sedangkan awal keroncong millenium sudah ada tanda-tandanya, namun belum
berkembang (Bondan Prakoso).
Empat tahap masa perkembangan tersebut adalah[4]
(a) Masa
keroncong tempo doeloe (1880-1920),
(b) Masa
keroncong abadi (1920-1960), dan
(c) Masa
keroncong modern (1960-2000), serta
(d) Masa
keroncong millenium (2000-kini)
Masa keroncong tempo doeloe (1880-1920)
Ukulele ditemukan pada tahun 1879 di Hawaii, sehingga
diperkirakan pada tahun berikutnya Keroncong baru menjelma pada tahun 1880, di
daerah Tugu kemudian menyebar ke selatan daerah Kemayoran dan Gambir (lihat ada
lagu Kemayoran dan Pasar Gambir, sekitar tahun 1913). Komedie Stamboel 1891-1903 lahir di Kota
Pelabuhan Surabaya tahun 1891, berupa Pentas Gaya Instanbul, yang
mengadakan pertunjukan keliling di Hindia Belanda, Singapura, dan Malaya lewat
jalur kereta api maupun kapal api. Pada umumnya pertunjukan meliputi Cerita
1001 Malam (Arab) dan Cerita Eropa (Opera maupun Rakyat), termasuk Hikayat
India dan Persia. Sebagai selingan, antar adegan maupun pembukaan, diperdengarkan
musik mars, polka, gambus, dan keroncong. Khusus musik keroncong dikenal pada
waktu itu Stambul I, Stambul II, dan Stambul III.
Pada waktu itu lagu Stambul berirama cepat (sekitar meter
120 untuk satu ketuk seperempat nada), di mana Warga Kampung
Tugu maupun Kusbini
menyebut sebagai Keroncong Portugis, sedangkan Gesang menyebut
sebagai Keroncong Cepat, dan berbaur dengan Tanjidor yang asli Betawi.
Pada masa ini dikenal para musisi Indo, dan pemain biola legendaris adalah M.
Sagi (perhatikan rekaman Idris Sardi main biola lagu Stambul II Jali-jali
berdasarkan aransemen dari M. Sagi). Seperti diketahui bahwa panjang lagu
stambul adalah 16 birama, yang terdiri atas:
Stambul I:
Lagu ini misalnya Terang Bulan, Potong Padi, Nina Bobo,
Sarinande, O Ina Ni Keke, Bolelebo, dll. dengan struktur bentuk A - B - A - B
atau A - B - C - D (16 birama):
- |I , , , |, , , , |, , , , |V7, , , |
- |, , , , |, , , , |, , , , |I , , , |
- |I7, , , |IV, , , |, , V7, |I , , , |
- |, , , , |V7, , , |, , , , |I , , , ||
Stambul II:
Lagu ini misalnya Si Jampang, Jali-Jali, di mana masuk pada
Akord IV sebagai ciri Stambul II dengan struktur A - B - A - C (16 birama):
- |I . . . |. . . . |. . . . |IV, , , | (tanda . artinya tacet)
- |, , , , |, , , , |, , V7, |I , , , |
- |, , , , |, , , , |, , , , |V7, , , |
- |, , , , |, , , , |, , , , |I , , , ||
Stambul III:
Lagu ini misalnya Kemayoran, di mana mirip dengan Keroncong
A sli sehingga sering salah diucapkan dengan Kr. Kemayoran, yang seharusnya
Stambul III Kemayoran, dengan struktur Prelude - A - Interlude - B - C (16
birama):
- Pr|I , , , |, , , , | Prelude 2 birama
- A1|, , , , |, , , , |
- A2|II#, , ,|V7, , , | Modulasi 2 birama
- In|, , , , |IV, , , | Interlude 2 birama
- B1|, , , , |I , , , |
- B2|V7, , , |I , , , |
- C1|, , , , |, , , , |
- C2|V7, , , |I , , , ||
Musiq Losquin Bugis: Dari
periode tempo doeloe ini lahir pula di Makassar bentuk keroncong khas yang
dikenal sebagai musiq losquin Bugis, misalnya lagu Ongkona Arumpone
yang dinyanyikan oleh Sukaenah B. Salamaki. Irama keroncong ini, tanpa
seruling-biola-cello, tapi dengan melodi guitar yang kental, mirip seperti gaya
Tjoh de Fretes dari Ambon. Kalau kita hubungkan kesemua ini, maka
ada garis kesamaan dengan Orkes Keroncong Cafrino Tugu (Kr. Pasar Gambir) –
Orkes Keroncong Lief Java (Kr. Kali Brantas) – Losquin Bugis (Ongkona Arumpone)
– Orkes Hawaian Tjoh de Fretes (Pulau Ambon), yaitu gaya era tempo doeloe
dengan irama yang cepat sudah dengan kendangan cello dan dengan guitar melodi
yang kental.
Masa keroncong abadi (1920-1960)
Pada masa ini panjang lagu telah berubah menjadi 32 birama,
akibat pengaruh musik pop Amerika yang melanda lantai dansa Hotel2 di Indonesia
pada waktu itu, dengan musisi didominasi dari Filipina (spt Pablo, Sambayon,
dll), dan berakibat juga lagu pada waktu itu telah 32 birama juga, perhatikan
lagu Indonesia Raya (diciptakan tahun 1924) pada waktu itu juga sudah 32
birama. Selanjutnya pusat perkembangan beralih ke timur mengikuti jaringan
kereta api melalui Solo dan iramanya juga lebih lamban (sekitar 80 untuk
seperempat nada) dengan kendangan cello mirip kendangan gamelan, dan permainan
gitar melodi mirip alunan siter musik gamelan yang kontrapuntis. Masa ini lahir
para musisi Solo, seperti Gesang dan penyanyi legendaris Annie
Landouw. Lagu Keroncong Abadi terdiri atas: Langgam Keroncong, Stambul
Keroncong, dan Keroncong Asli.
Langgam Keroncong
Bentuk lagu langgam ada dua versi. Yang pertama A - A - B -
A dengan pengulangan dari bagian A kedua seperti lagu standar pop: Verse A -
Verse A - Bridge B - Verse A, panjang 32 birama. Beda sedikit pada versi kedua,
yakni pengulangannya langsung pada bagian B. Meski sudah memiliki bentuk baku,
namun pada perkembangannya irama ini lebih bebas diekspresikan. Penyanyi serba
bisa Hetty Koes Endang misalnya, dia sering merekam
lagu-lagu non keroncong dan langgam menggunakan irama yang sama, dan kebanyakan
tetap dinamakan langgam. Alur akord-nya sebagai berikut:
- Verse A | V7 , , , |I , , , | IV , V7 , | I , , , | I , , , | V7 , , , | V7 , , , | I , , , |
- Verse A |V7 , , , | I , , , | IV , V7 , | I , , , | I , , , | V7 , , , | V7 , , , | I , , , |
- Bridge B |I7 , , , |IV , , , | IV , V , | I , , , | I , , , | II# , , , | II# , , , | V , , ,|
- Verse A |V7 , , , |I , , , | IV , V7 , | I , , , | I , , , | V7 , , , | V7 , , , | I , , , |
Stambul Keroncong:
Stambul Keroncong berbentuk (A-B-A-B') x 2 = 16 birama x 2
= 32 birama, merupakan modifikasi Stambul II yang 16 birama menjadi 32 birama
(menyesuaikan standar Keroncong Abadi yang 32 birama). Stambul merupakan jenis keroncong
yang namanya diambil dari bentuk sandiwara yang dikenal pada akhir abad ke-19
hingga paruh awal abad ke-20 di Indonesia dengan nama Komedi stambul.
Nama "stambul" diambil dari Istambul di Turki.
Alur akord Stambul Keroncong adalah sbb. (tanda - adalah
tacet atau iringan tidak dibunyikan):
- |I - - - | - - - - | - - - - |IV , , , | dibuka dg broken chord I utk mencari nada
- |IV , , , |IV , , , |IV , V ,|I , , , |
- |I , , , |I , , , |I , , , |V , , , |
- |V , , , |V , , , |V , , , |I , , , |
- |I , , , |I , , , |I , , , |IV , , , | 16 birama ini pengulangan dari 16 birama pertama atau sama
- |IV , , , |IV , , , |IV , V , |I , , , |
- |I , , , |I , , , |I , , , |V , , , |
- |V , , , |V , , , |V , , , |I , , , |
Keroncong Asli
Keroncong asli memiliki bentuk lagu A - B - B'. Lagu
terdiri atas 8 baris, 8 baris x 4 birama = 32 birama, di mana dibuka dengan
PRELUDE 4 birama yang dimainkan secara instrumental, kemudian disisipi
INTERLUDE standar sebanyak 4 birama yang dimainkan secara instrumental juga.
Keroncong asli diawali oleh voorspel atau prelude, atau intro
yang diambil dari baris 7 (B3) mengarah ke nada/akord awal lagu, yang dilakukan
oleh alat musik melodi seperti seruling/flut, biola, atau gitar; dan tussenspel
atau interlude atau intermezzo di tengah-tengah setelah modulasi/modulatie/modulation
yang standar untuk semua keroncong asli: Alur akordnya seperti tersusun di
bawah ini:
- Pr |V , , , |I , I7 , |IV , V7 , |I , , , | Prelude 4 birama diambil dari baris ke-7 (B3)
- (A1) | I , , , | I , , , | V , , , | V , , , |
- (A2) |II# , , , | II# , , , | V , , , | Modulasi merupakan ciri keroncong asli sebanyak 4 birama
- In |V , , , | V , , , | V , , , |IV , , , | Interlude 4 birama untuk semua lagu menjadi standar
- (B1) | IV , , ,| IV , , ,|V7 , , , | I , , , |
- (B2) |I , , , | V7 , , , | V7 , , , | I , I7 , |
- (B3) |IV , V7 , |I , I7 , | IV , V7 , |I , , , |
- (B2) | I , , , | V7 , , , | V7 , , ,| I , , , |
Kadensa Keroncong Dalam
Teori Musik Klasik dikenal 4 (empat) jenis Kadensa, di mana Kadensa adalah
suatu rangkaian harmoni sebagai penutup pada akhir melodi atau di tengah
kalimat, sehingga bisa menutup sempurna melodi tersebut atau setengah menutup
(sementara) melodi tersebut. Sedangkan Tierce de Picardy boleh dimasukan dalam
Kadensa, dan pada Masa Keroncong Abadi tercipta satu Kadensa baru, disebut
Kadensa Keroncong dengan rangkaian penutup I-I7-IV-V7-I.
- Kadensa dengan rangkaian V7-I disebut sebagai Kadensa Sempurna, karena sempurna menutup rangkaian tersebut dan terasa berhenti sempurna.
- Tetapi kalau akord X-V7 menjadi akhir rangaian, maka disebut Kadensa Tidak Sempurna atau Setengah Kadensa, misalnya rangkaian Super Tonik - Dominan Septim.
- Kalau rangkaian harmoni diakhiri pada X-VI, maka disebut Kadensa Terputus, misalnya Doninan Septim - Submedian.
- Dalam rangkaian IV-I disebut Kadensa Plagal, mempunyai sifat sendu seperti kalau kita mengucap "Amin" dalam salat.
- Lagu kunci minor ditutup pada kunci mayor, disebut Tierce de Piecardy, jadi sebenarnya bukan kadensa, namun biasanya dipakai dalam akhir lagu
- Kadensa Keroncong, khusus dikembangkan dalam musik keroncong, yaitu rangkaian harmoni I7-IV-V7-I
Ismail Marzuki (1914-1958)
Komponis Ismail Marzuki termasuk hidup dalam Era Keroncong Abadi, namun
lagu-lagunya sangat modern pada zamannya, misalnya Sepasang Mata Bola
ditulis dalam kunci minor sehingga dapat dinyanyikan dengan iringan keroncong
seperti keroncong beat (1958).
Gambang Keromong Gambang
Keromong adalah salah satu gaya keroncong yang dikembangkan oleh Etnis Tionghoa
(gambang adalah alat musik bilah kayu seperti marimba, sedangkan keromong
adalah istilah lain dari kempul) yang dikembangkan sekitar tahun 1922 di
Kemayoran Jakarta (tanjidor), namun kemudian berkembang di Semarang sekitar
tahun 1949 (ingat lagu Gambang Semarang - Oey Yok Siang). Sebenarnya Gambang
Keromong yang lahir di Masa Keroncong Abadi 1920-1960 adalah cikal bakal
Campursari yang lahir pada Masa Keroncong Modern.
Masa Keemasan (The Golden
Age). Pada tahun 1952, Radio Republik Indonesia (RRI) menyelenggarakan
perlombaan Bintang Radio dengan 3 jenis, Keroncong, Hiburan dan Seriosa. Di
sanmping itu juga dilombakan mencipta lagu keroncong, salah satu pememnag
adalah Musisi Kusbini dengan lagu Keroncong Pastoral. Pada masa akhir dari
Keroncong Abadi (1920-1960) ini merupakan Masa Keemasan (Golden Age) bagi musik
keroncong.
Masa keroncong modern (1960-2000)
Perkembangan keroncong masih di daerah Solo dan sekitarnya,
namun muncul berbagai gaya baru yang berbeda dengan Masa Keroncong Abadi
(termasuk musisinya), dan merupakan pembaruan sesuai dengan lingkungannya.
Mulai Masa keroncong modern (1960-2000) semua
aturan baku (pakem) Musik Keroncong tidak berlaku, karena mengikuti
aturan baku (pakem) Musik Pop yang berlaku universal,
misalnya tangga nada minor, moda pentatonis Jawa/Cina, rangkaian
harmoni diatonik dan kromatik, akord disonan, sifat politonal
atau atonal (pada campursari), tidak megenal lagi pakem bentuk keroncong
asli atau stambul, ada irama nuansa dangdut (congdut), mulai tahun
1998 musik rap mulai masuk (Bondan Prakoso), dlsb.
Langgam Jawa
Bentuk adaptasi keroncong terhadap tradisi musik gamelan
dikenal sebagai langgam Jawa, yang berbeda dari langgam yang dimaksud
di sini. Langgam Jawa memiliki ciri khusus pada penambahan instrumen antara
lain siter, kendang (bisa diwakili dengan modifikasi permainan cello ala
kendang), saron, dan adanya bawa atau suluk berupa
introduksi vokal tanpa instrumen untuk membuka sebelum irama dimulai secara
utuh. Tahun 1968 Langgam Jawa berkembang menjadi Campursari.
Umumnya mempunyai struktur lagu pop yaitu A - A - B - A
atau juga A - B - C - D dangan jumlah 32 birama. Lagu Langgam Jawa yang
terkenal di tahun 1958 adalah ciptaan Anjar Any (1936-2008): Yen Ing Tawang Ana
Lintang (Tawang dalam Bahasa Jawa berarti: awang-awang, langit, dan makna
lain nama suatu desa di Magetan, Kalau di Langit Ada Bintang). Langgam
Jawa menjadi terkenal oleh Waljinah yang pernah sebagai juara tingkat sekolah SMP di
RRI Solo tahun 1958.
Keroncong Beat
Dimulai oleh Yayasan Tetap Segar pimpinan Rudy Pirngadie,
di Jakarta pada tahun 1959 dan bisa mengiringi lagu barat pop (mau melangkah
lebih bersifat universal). Pada waktu itu Idris Sardi ikut tur ke New York
World's Fair Amerika Serikat dengan biola tahun 1964 dengan
maksud mau memperkenalkan lagu pop barat (I left my heart in San Fransico,
pada waktu itu tahun 1964 lagu ini merupakan salah satu hit di dunia) dengan
iringan keroncong beat, namun dia kena denda melanggar hak cipta akibat
tanpa izin.
Dengan Keroncong Beat maka berbagai lagu (bukan dengan
rangkaian harmoni keroncong, termsuk kunci Minor) dapat dinyanyikan seperti La
Paloma, Monalisa, Widuri, Mawar Berduri, dll.
Campur Sari
Di Gunung Kidul (DI Yogyakarta) pada tahun 1968 Manthous memperkenalkan gabungan
alat gamelan dan musik keroncong, yang kemudian dikenal sebagai Campursari.
Kini daerah Solo, Sragen, Ngawi, dan
sekitarnya, terkenal sebagai pusat para artis musik campursari.
Bahkan Bupati Sukoharjo
ikut meramaikan bursa campursari.
Keroncong Koes-Plus
Koes Plus dikenal sebagai perintis musik rock di
Indonesia, pada sekitar tahun 1974 juga berjasa dalam musik keroncong yang
rock. Keroncong Pertemuan adalah Keroncong Koes Plus dengan struktur bentuk
campuran (dalam bahasa Belanda disebut Meng-vorm atau Inggris Combine form)
antara Stambul II dan langgam Keroncong.
Seandainya band rock Indonesia bisa mengikuti jejak
Koes-Plus untuk melestarikan budaya sendiri seperti keroncong, maka betapa
indah musik rock Indonesia dapat ngetop dengan irama kampung halaman, berarti musik
keroncong jangan mati (ucapan Gesang). Mudah-mudahan Mbah, generasi muda
Indonesia dapat melanjutkan musik keroncong .
Keroncong Dangdut (Congdut)
Keroncong dangdut (Congdut) adalah
jawaban atas derasnya pengaruh musik dangdut dalam
musik populer di Indonesia sejak 1980-an. Seiring dengan menguatnya campur sari
di pentas musik populer etnis Jawa, sejumlah musisi, konon dimulai dari Surakarta,
memasukkan unsur beat dangdut ke dalam lagu-lagu langgam
Jawa klasik maupun baru. Didi Kempot adalah tokoh utama gerakan pembaruan ini.
Lagu-lagu yang terkenal antara lain Stasiun Balapan, Sewu Kuto.
Masa Kejayaan Musik
Keroncong. Pada Masa Keroncong Modern adalah Masa Kejayaan Musik Keroncong, di
mana terdengar di mana-mana musik Langgam Jawa, Keroncong Beat, Campursari,
koes Plus dan terakhir dengan Congdut dari Didi Kempot, hingga ke Suriname dan
Belanda (2004-2008). Rupa-rupanya ini merupakan puncak kejayaan Musik
Keroncong, sehingga Gesang khawatir bahwa Keroncong Akan Mati (2008, ucapan
beliau sebelum wafat).
Masa keroncong millenium (2000-kini)
Walaupun musik keroncong di era millenium (tahun 2000-an)
belum menjadi bagian dari industri musik pop Indonesia, tetapi beberapa pihak
masih mengapresiasi musik keroncong. Kelompok musik Keroncong Merah Putih[5],
kelompok keroncong berbasis Bandung masih cukup aktif melakukan pertunjukan.
Selain itu, Bondan Prakoso dan grupnya Bondan Prakoso & Fade
2 Black, menciptakan komposisi berjudul "Keroncong Bondol" yang
berhasil memadukan musik gaya rap dengan musik latar belakang irama keroncong.
Di tahun 2008 @ Solo International Keroncong Festival, Harmony Chinese Music Group membuat
suasana lain dengan memasukan unsur alat musik tradisional Tionghoa dan
menamainya sebagai Keroncong Mandarin [6].
Tokoh keroncong
Salah satu tokoh Indonesia yang memiliki kontribusi cukup
besar dalam membesarkan musik keroncong adalah bapak Gesang. Lelaki asal
kota Surakarta (Solo) ini bahkan mendapatkan santunan setiap tahun dari
pemerintah Jepang
karena berhasil memperkenalkan musik keroncong di sana. Salah satu lagunya yang
paling terkenal adalah(lagu)|Bengawan Solo. Lantaran pengabdiannya itulah, oleh
Gesang dijuluki "Buaya Keroncong" oleh insan keroncong Indonesia,
sebutan untuk pakar musik keroncong. Gesang menyebut irama keroncong pada MASA
STAMBUL (1880-1920), yang berkembang di Jakarta (Tugu , Kemayoran, dan Gambir)
sebagai Keroncong Cepat; sedangkan setelah pusat perkembangan pindah ke Solo
(MASA KERONCONG ABADI: 1920-1960) iramanya menjadi lebih lambat.
Asal muasal sebutan "Buaya Keroncong" untuk
Gesang berkisar pada lagu ciptaannya, "Bengawan Solo". Bengawan
Solo adalah nama sungai yang berada di wilayah Surakarta. Seperti
diketahui, buaya
memiliki habitat di rawa dan sungai. Reptil terbesar itu
di habitanya nyaris tak terkalahkan, karena menjadi pemangsa yang ganas.
Pengandaian semacam itulah yang mendasari mengapa Gesang disebut sebagai
"Buaya Keroncong".
Di sisi lain nama Anjar Any (Solo, pencipta Langgam
Jawa lebih dari 2000 lagu yang meninggal tahun 2008) juga mempunyai andil dalam
keroncong untuk Langgam Jawa beserta Waljinah (Solo), sedangkan R.
Pirngadie (Jakarta) untuk Keroncong Beat, Manthous (Gunung Kidul,
Yogyakarta) untuk Campursari dan Koe Plus (Solo/Jakarta) untuk Keroncong
Rock, serta Didi Kempot (Ngawi) untuk Congdut
sumber : Wikipedia
sumber : Wikipedia
Tidak ada komentar:
Posting Komentar