Senin, 02 Juni 2025

Tan Malaka di Rumah Tahanan Militer (RTM) Madiun


Tan Malaka di Rumah Tahanan Militer (RTM) Madiun

Ditahannya  Tan Malaka di Rumah Tahanan Militer (RTM) Madiun adalah buntut dari aksi Tan Malaka dalam kudeta 3 juli 1946. Hal ini membuat Tan Malaka ditahan di beberapa kota salah satunya di Madiun. penahanan Tan Malaka di Madiun ini oleh Soemarsono disebutkan sebagai upaya pemerintah (Amir Syarifuddin) untuk mengamankan Tan Malaka Dan kawan-kawannya dari upaya pembebasan paksa pengikut Tan Malaka, Di Madiun pengikut Tan Malaka tidak begitu mendominasi. Disisi lain Jarak antara Madiun dengan Jogjakarta cukup dekat. Penahanan Tan Malaka bersama Soekarni, Pandu, Abikoesno Cokrosujoso dan bersama tiga puluh delapan tahanan di Rumah Tahanan Madiun terjadi pada 26 November 1947 hingga bulan Mei 1948. 

Ketika dipenjara di Madiun, Tan Malaka dan kawan-kawannya diperlakukan dengan baik karena penahanan di Madiun tidak seperti saat dipenjara di Ponorogo yang minim fasilitas.  
Di Rumah Tahanan Madiun untuk urusan makanan para tahanan termasuk Tan Malaka terpenuhi dengan baik dan fasilitasnya cukup baik, bisa dibilang memuaskan. Misalnya Tahanan Madiun yang dijaga oleh tentara divisi Siliwangi itu memperbolehkan menerima kunjungan dari istri dan anak-anak mereka. Para penjaga di Rumah Tahanan Madiun itu begitu ramah pada para tahanan, lalu tahanan sesekali berjalan-jalan menuju rumah sakit dengan santai dan dapat berbicara bebas meskipun dikawal oleh pasukan dari Rumah Tahanan Militer Madiun.

Pada tanggal 20 januari 1948 empat tahanan seperti Tan Malaka, Abikoesno, Darwis dan soebandi ingin pergi kerumah sakit, mereka di fasilitasi dan diberi pilihan naik dokar atau jalan kaki, setibanya keempat tahanan ini datang ke rumah sakit. Mereka diberi  makanan berupa roti dan makanan-makanan lain, bahkan rokok. Tan Malaka oleh kepala Polisi Tentara diberi fasilitas untuk membuat tulisan, meskipun tidak ada koleksi buku dalam penjara. Namun di Rumah Tahanan Militer Madiun itu Tan Malaka mendapat ruangan untuk menulis dan ia dapat mengumumkan karangan-karangan di surat-surat kabar dengan nama samaran. 

Tan Malaka menulis tulisan-tulisan tersebut dengan nama samaran, ditempat itu juga Tan malaka  bisa menulis buku meski dengan modal ingatannya karena keterbatasan buku. tulisan-tulisan yang sudah dibuat oleh Tan malaka dipenjara Madiun diantaranya. Minimum Program yang selesai ditulis bulan Maret 1948, Greliya Politik dan Ekonomi (GERPOLEK) yang selesai pada 17 Mei 1948 dan Dari Penjara ke Penjara Jilid III yang proses penulisannya dimulai di Madiun. Septian HvM

Daftar Pustaka

*Buku
Malaka, Tan. 2000, Dari Penjara Ke Penjara Jilid III, Jakarta: TePLoK Press.

Poeze, A. Harry. 2010, Tan Malaka, Gerakan Kiri, dan Revolusi Indonesia Jilid 3: Maret 1947-Agustus 1948, Jakarta: Yayasan Pustaka Obor Indonesia dan KITLV.

Poeze, A. Harry. 2010 , Tan Malaka, Gerakan Kiri, dan Revolusi Indonesia Jilid 4: September 1948-Desember 1949, Jakarta: Yayasan Pustaka Obor Indonesia dan KITLV
Setiawan, Hersri. 2003, “Negara Madiun? Kesaksian Soemarsono Pelaku Perjuangan”, FuSPAD.

*Koran
 07  Januari 1948. Politieke Gevangenen Te Madioen. De locomotief : Samarangsch handels- en advertentie-blad

08 Januari 1948. 36 orang tahanan politik di Madioen. Pelita Rakjat

Septian Dwita Kharisma 


Rabu, 07 Mei 2025

Tembang Pocung



 Serat Wedhatama (Tembang Pocung)

Dalam serat Wedhatama terbagi menjadi 100 pupuh yang dibagi dalam 5 lagu berisi falsafah kehidupan.

Pupuh 1

Ngelmu iku
Kelakone kanthi laku
Lekase lawan kas
Tegese kas nyantosani
Setya budya pengakese dur angkara

Terjemahan :

Ilmu itu

Tercapainya dengan cara laku (olah diri)
Permulaannya dengan sungguh-sungguh

Maksudnya sungguh-sungguh mengukuhkan tekad (tujuan)

Setia (terus-menerus) mengolah budi (dalam) memberantas angkara murka (sumber keburukan)

Pupuh 2

Angkara gung neng angga anggung
Gumulung
gegolonganira, triloka leker kongsi
Yen der umbar ambabar dadi rubeda

Terjemahan:

(Yakni) angkara besar

Yang bertempat dalam diri (badan) yang selalu

Bergulung-gulung

Yang jenis-jenisnya menjangkau atau menempati tiga dunia dalam diri (tempat representasi nafsu berpusar)

Karena jika dibiarkan merebak bisa memunculkan bahaya atau keruwetan

Pupuh 3

Beda lamun kang wus sengsem reh ngasamun
Semune ngaksama
Sasamane bangsa sisip
Sarwa sareh saking mardi martatama

Terjemahan:

Berbeda dengan yang sudah jatuh hati pada hal kebaikan,

perilakunya selalu penuh kehati-hatian pada perilaku yang keliru

Selalu sabar (tenang) berusaha tetap menjalani kehidupan di jalan yang baik dan benar.



Jumat, 02 Mei 2025

Panembahan Juminah


PANEMBAHAN JUMINAH

Terlahir dengan nama Raden Mas Bagus. Beliau putra Panembahan Senopati dari garwa permaisuri II  Raden Ayu Retno Dumilah, putri sulung Panembahan Timur, Adipati Madiun I. Panembahan Timur adalah putra bungsu Sultan Trenggana dengan GKR Pembayun putri Sunan Kalijaga.

Setelah dewasa Raden Mas Bagus  bergelar Pangeran Balitar I. Ketika saudara beliau Raden Adipati Pringgalaya wafat, Beliau menggantikan kedudukannya sebagai Bupati Madiun. Dan mendapat asma gelar baru yaitu Kanjeng Pangeran Adipati Jumina Petak / Adipati Mangkunegara I. Memerintah Madiun tahun 1601 s/ d 1613 M. Sebagai putra dari Permaisuri II, Pangeran Juminah sempat digadang gadang sebagai Raja Mataram selanjutnya menggantikan ayahandanya, Panembahan Senopati, tetapi akhirnya beliau diangkat sebagai Adipati Madiun.

Beberapa tahun setelah Panembahan Hadi Hanyokrowati wafat, Sultan Agung berkenan menikahkan Ibunda Beliau, Ratu Mas Hadi dengan KP Adipati Jumina Petak. Dan memberikan nama baru dengan sebutan Panembahan Juminah.

Dari pernikahan dengan Panembahan Juminah dengan Ratu Mas Hadi  menurunkan :
1. Raden Ayu Djurumayem menikah dengan Panembahan Jurumayem
2. Pangeran Adipati Balitar,beliau menurunkan Pangeran Tg Balitar Tumapel III yang dimakamkan di Kuncen Madiun, kemudian P. Tg. Blitar Tumapel III menurunkan P. Arya Blitar IV dimakamkan di astana Nitikan yogya.P.Arya Balitar IV menurunkan Raden Ayu Puger Garwa Sunan Pakubuwana I Kartasura  yang menurunkan Sunan Amangkurat IV.
3. Raden Haryo Suroloyo
4. Raden Ayu Kajoran menikah dengan Pangeran Kajoran menurunkan Putri yang kelak menjadi Istri Amangkurat I dan menurunkan Sunan Pakubuwana I

Panembahan Juminah juga seorang bangsawan yang cinta tanah air beliau rela untuk membela Keraton Mataram.Tahun 1629 Panembahan Juminah dan Tumenggung Singoranu dan prajurit  Mataram melakukan penyerbuan ke Batavia untuk menghalau V.O.C Kumpeni Belanda.

Ketika Sultan Agung membangun calon tempat peristirahatan terakhir beliau di Bukit Kabul, Panembahan Juminah mendapatkan tugas untuk mengawasi pembangunan komplek pemakaman tersebut. Ditengah proses pembangunan Astana Giriloyo, tahun 1632 Panembahan Juminah wafat dan dimakamkan di Astana Giriloyo tersebut.

Al Fatihah kagem Eyang Panembahan Juminah

Ditulis oleh K.R.T Koes Sajid Jayaningrat.
Dicopy dari Grup Kisah Sejarah Nusantara